Kamis, 01 Oktober 2009

Perlu Dicegah Merosotnya Pemahaman Sejarah Generasi Muda

Peringatan Hari Kesaktian PancasilaPeringatan Hari Kesaktian Pancasila pada dasarnya adalah untuk memperkokoh Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup Bangsa. Hal ini ini perlu kita sadari dalam rangka mengembalikan Pancasila sebagai dasar, arah, serta paradigma yang selama ini cenderung dilupakan bahkan mungkin hendak ditinggalkan .

Demikian dikatakan Asisiten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Drs. Tavip Agus Rayanto. MSi pada acara malam Tirakatan memperintai Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2009 di Monumen Pancasila Sakti Kentungan, Yogyakarta, Rabu. ( 30 /09/2009). Diakatakan pula oleh Tavip bahwa peringatan hari Kesaktian Pancasila perlu dijadikan refleksi untuk merenungkan bagaimana Bangsa Indonesia saat ini menggunkan Pancasila dalam hidup berbangsa dan bernegara, dalam masa transisi kearah demokrasi yang ternyata telah terjadi krisis dan disintegrasi moral dan mental. ”Untuk mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara, semua elemen masyarakat perlu berkomitmen unutk membela Pancasila. Dalam konteks merevitalisasi Pancasila sebagai Dasar Negara menuju terwujudnya masyarakat yang demokratis. Seluruh lapisan masyarakat harus menyadari bahwa tanpa suatu platform dalam format dasar Negara atau ideologi , maka suatu bangsa akan mustahil untuk mempertahankan survivalnya”, ujar Tavip A Rayanto. Sementara dalam ceramahnya, Drs. Adaby Darban Dosen Ilmu Budaya UGM mengatakan kita patut bersyukur kepada Allah yang telah menyelamatkan Bangsa Indonesia dan telah memberikan dan menguatkan Pancasila sehingga dapat menjadi perekat dan mengokohka integrasi bangsa Indonesia. Bukti sejarah, lanjutnya, menunjukkan bahwa Monumen Kentungan ini merupakan bukti sejarah korban pemberontakan Gerakan 30 S PKI. Dengan Dewan Revolusinya, PKI melakukan pemberontakan terhadap Negra Kesatuan Republik Indonesia. ”Pemberontakan itu tidak hanya masalah politik kenegaraan, namun lebih dari itu. Sebuah idiologi Marxisme-Komunisme yang anti Tuhan dan anti agama telah memberontak terhadap bangsa yang religius (ber-Tuhan-,ber-Agama) dengan ikatan Pancasila”, tegas Adaby Darban. Dengan upacara di malam hari ini, katanya lebih lanjut, kita mengingat dan sekaligus belajar dari sejarah. Bangsa kita pernah kena virus idiologi Marxistme-Komunisme yang menjelma menjadi Partai Komunis Indonesia ( PKI ), yang bertentangan dengan kehidupan sebagian besar rakyat dan bangsa Indonesia yang memiliki religiositas ber Tuhan dan ber Agama. ”Mereka berkali-kali mengadakan pemberontakan berdarah, menciptakan antagonisme sosial dengan semangat conflict approach, memecah belah persatuan bangsa Indonesia”, katanya. Acara Malam Tirakatan Peringatan Hari Kesaktian Pancasila diikuti oleh para peserta sebanyak kuran lebih 250 orang, terdiri dari beberapa unsur dan instansi terkait , seperti pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY, TNI dan Pelajar dari beberapa sekolah. Pada acara itu juga diadakan dialog, dipandu oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Prof. Suwarsih Madya, PHd. Salah satu putra pelaku sejarah R. Sugiyono, Ganis Priyono, pada kesempatan itu menyampaikan banyak terima kasih kepada Pemerintah bahwa setiap tahunya diselenggarakan malam tirakatan. Acara ini, katanya, secara tidak langsung mengenang ayahandanya yang mernjadi korban keganasan PKI. Malam Tirakaatan dilaksanakan di dalam kompleks bangunan Monument Pancasila Sakti, dimana Pahlawan Revolusi R. Sugiyono dan Brigjen Katamso dibunuh dan dimasukan dalam lubang di tengah monumen. Dalam dialog peserta tirakatan mengemukakan pendapat, yang secara umum mengkhawatirkan merosotnya nasionalisme dan pemahaman generasi muda terhadap sejarah bangsa. Sekolah-sekolah, mulai SD, SMP, hingga SMA tidak lagi memberikan pelajaran sejarah secara khusus. Kalaupun diberikan, tidak mendalam. Direkomendasikan pula pada malam itu agar pelajaran sejarah diberi porsi khusus dalam Kurkulum Pendidikan. Prof. Suwarsih Madya PHd mengusulkan hal itu untuk dimulai di DIY dengan memberikan pelajaran sejarah di sekolah dan dapat dikemas sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga mudah diterima dan dipahami. ( dyk ) Ro. Umum, Humas dan Protokol
Sumber: YOGYAKARTA, (30/09/09), pemda-diy.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar