Senin, 28 September 2009

KENANGAN TRANSPORTASI KERETA UAP

KENANGAN TRANSPORTASI KERETA UAP : ANTARA AMBARAWA DAN PINJARRA
Oleh: Devi Kausar
Graduate School of International Development, Nagoya University Japan
E-mail : devikausar@gmail.com


Pada masanya kereta uap pernah berjasa menjadi alat transportasi di berbagai belahan dunia. Kereta uap pertama kali digunakan sebagai alat angkutan umum pada tahun 1825 di jalur yang menghubungkan kota Stockton dan Darlington di Inggris (Ganeri et al. 2001).
Bentuk lokomotif kereta uap sangat berbeda dengan kereta bertenaga diesel maupun kereta listrik yang menggantikan keberadaannya. Lokomotif kereta uap mempunyai fitur yang khas berupa tempat menyimpan batu bara sebagai bahan bakarnya, sebuah tangki air (boiler), dan sebuah cerobong asap. Saat berjalan kereta uap akan terus mengeluarkan uap dari cerobongnya. Warna lokomotif pun bermacam-macam dan dengan bentuk lokomotifnya yang khas menjadi keindahan tersendiri yang masih dikenang hingga kini.
Nostalgia kereta uap sering dituangkan dalam film dan buku, antara lain film seri anak-anak “Thomas the Tank Engine” tentang kehidupan kereta uap yang dapat berbicara dan mempunyai karakter yang berbeda-beda di Pulau Sodor, Inggris dan di film-film Harry Potter sebagai kereta yang mengangkut murid-murid sekolah sihir Hogwarts dari London ke Hogwarts. Kereta uap juga menjadi karakter utama dalam buku anak-anak “The Little Engine that Could” yang bercerita mengenai keteguhan hati sebuah kereta uap kecil yang harus melewati bukit yang menanjak sambil menarik gerbong-gerbong yang berat di belakangnya.
Di Indonesia, kereta uap pertama kali dioperasikan pada masa penjajahan Belanda di jalur Kemijen dan Tanggung, Jawa Tengah pada tanggal 17 Juni 1864 (Lee 2003). Jarak antara Kemijen dan Tanggung hanya 26 km, namun jalur tersebut kemudian berkembang menjadi jalur rel yang menghubungkan Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Sejak saat itulah kereta uap turut mewarnai dan menjadi saksi sejarah dinamika kehidupan di Pulau Jawa dan Sumatra sampai sekitar tahun 80an.
Nostalgia Kereta Uap sebagai Atraksi Pariwisata

Di beberapa tempat di penjuru dunia, kereta uap saat ini menjadi atraksi utama pariwisata. Bahkan beberapa pihak menginginkan jalur-jalur kereta bersejarah seperti jalur Ipswich – Toowoomba di Australia, the Darjeeling Himalayan Railway, dan jalur Ambarawa – Bedono di Jawa Tengah dijadikan sebagai salah satu Pusaka Dunia (World Heritage) (Lee 2003).


Gb. 1. Kereta Uap Tertua koleksi Ambarawa, C1218 Hartmann (2152/1896). Sumber foto

http://www.internationalsteam.co.uk/ambarawa/locos/C1218.htm

Museum Kereta Api Ambarawa yang dulunya bernama Stasiun Willem I Ambarawa (didirikan oleh the Netherlands Indische Spoorweg Maatschappij – NIS pada tahun 1873) diresmikan pada tahun 1976. Museum ini memiliki sekitar 21 loko uap yang terletak di halaman museum. Beberapa di antara loko uap tua tersebut mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Loko C28 buatan pabrik lokomotif Jerman (Henschel, Hartmann Chemnitz, dan Esslingen pada 1921-1922) misalnya merupakan loko penarik kereta Kepresidenan Republik Indonesia setelah 1945. Loko C28 yang kecepatannya bisa mencapai 110 kilometer per jam dan merupakan salah satu loko tercepat pada masa 1920an itu telah berjasa besar dalam membantu pelarian Presiden Soekarno dari Jakarta ke Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1946.



Koleksi lain yang bahkan menyimpan cerita sejarah dunia adalah loko D5106. Loko produksi Hartmann Chemnitz tahun 1920 ini pernah bertugas di jalur Hedjaz Railway untuk melayani perjalanan KA penumpang yang khusus mengangkut jemaah haji dan logistik tentara Turki pada masa pemerintahan Utsmaniyah di Turki. Pada masa itu, jalur Hedjaz Railway menghubungkan Damaskus, Suriah dengan Amman, Yordania, serta Madinah, Arab Saudi.




Namun sayangnya, koleksi loko-loko bersejarah tersebut kini kondisinya cukup memprihatinkan dan tak terawat. Sebagian besar lapisan cat pada bodi loko tersebut telah mengelupas dan tak lagi menarik dipandang mata.



Gb. 2. Staf Museum Kereta Api Ambarawa

Sumber foto: http://www.internationalsteam.co.uk/ambarawa/shed.htm



Museum Kereta Api Ambarawa juga menawarkan kesempatan naik kereta uap ke Stasiun Bedono yang terletak 9 kilometer dari museum. Sebuah loko yang masih berfungsi dengan cukup baik beserta dua gerbong penumpang siap untuk mengangkut wisatawan. Tetapi untuk naik kereta ini pengunjung tidak bisa membeli karcis secara perorangan. Kereta uap yang masih berfungsi ini hanya dapat disewa secara penuh untuk satu kali perjalanan, yaitu kira-kira sebesar 3,2 juta rupiah. Oleh karenanya, sulit bagi pengunjung yang tidak datang bersama rombongan dan tidak memesan lebih dulu paket perjalanan untuk merasakan pengalaman naik kereta uap di Ambarawa.





Antara Ambara dan Pinjarra



Lain Ambarawa, lain pula halnya atraksi kereta uap di Pinjarra, Australia Barat yang dikelola oleh Hotham Valley Tourist Railway, sebuah perusahaan swasta yang sengaja mengemas nostalgia kereta uap menjadi atraksi wisata. Tidak seperti Museum Kereta Api Ambarawa yang koleksi lokonya adalah loko yang memang pernah digunakan di Indonesia, beberapa koleksi Hotham Valley Tourist Railway sengaja dibeli dan didatangkan dari belahan dunia untuk beroperasi di jalur wisata tersebut. Kesamaan jalur Hotham Valley dan jalur Ambarawa – Bedono adalah bahwa keduanya merupakan jalur yang pada masa silam memang berfungsi sebagai jalur transportasi umum.



Gb. 3. Lokomotif di Hotham Valley.

Sumber foto: www.hothamvalleyrailway.com.au



Hotham Valley Tourist Railway tidak mempunyai museum secara khusus seperti di Ambarawa karena hampir seluruh koleksi loko serta gerbongnya digunakan untuk mengangkut para wisatawan lokal maupun mancanegara di Pinjarra maupun Dwellingup (kedua kota kecil ini terletak kira-kira 90an kilometer dari ibukota Australia Barat, Perth). Pada akhir minggu, perusahaan ini bahkan membuat paket wisata kereta uap yang berangkat dari Stasiun Perth di Kota Perth ke Kota Pinjarra, Dwelingup, atau kota lainnya. Jenis paket yang ditawarkan juga beragam, mulai dari “Forest Railway” yaitu menyusuri hutan di Dwellingup, “Steam Rangers” di jalur yang menghubungkan Pinjarra dan Dwellingup, “Restaurant Train” yaitu paket perjalanan berikut makan di kereta uap, sampai “The Mistery Train” yaitu paket perjalanan yang di dalamnya para penumpang akan terlibat dalam sebuah permainan untuk memecahkan persoalan misteri. Untuk mengikuti perjalanan di jalur wisata kereta uap ini, wisatawan dapat membeli karcis secara perorangan dengan harga yang cukup terjangkau.



Membandingkan sejarah loko-loko yang digunakan pada jalur Pinjarra dan sekitarnya mungkin tidak sebanding dengan sejarah beberapa loko di Museum Kereta Api Ambarawa yang sangat tinggi nilainya. Namun demikian, pengelolaan Museum Kereta Api Ambarawa sebagai tempat menyimpan benda bersejarah, sebagai saksi sejarah perkeretaapian di Indonesia, dan khususnya sebagai atraksi pariwisata masih bisa lebih ditingkatkan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi wisatawan. Di Museum Kereta Api Ambarawa, fasilitas umum seperti toilet yang memadai kurang tersedia. Sedangkan fasilitas-fasilitas lain yang dapat meningkatkan kualitas pengalaman berwisata, seperti tempat makan atau restoran yang menawarkan menu khas setempat atau toko cindera mata tidak tersedia.





Di lain pihak, Kota Pinjarra yang merupakan pusat dari Hotham Valley Tourist Railway adalah juga sebuah kota kecil seperti halnya Ambarawa. Namun demikian, pengelola paket kereta uap yang merupakan perusahaan swasta bersinergi dengan badan promosi pariwisata kota dalam hal promosi jalur wisata Hotham Valley dan dalam menjual cindera mata Hotham Valley di pusat informasi pariwisata Kota Pinjarra maupun Kota Dwellingup. Pengalaman berwisata pun menjadi lebih lengkap karena wisatawan dapat membeli aneka cindera mata (baik yang berhubungan dengan kereta uap maupun tidak), mencicipi hidangan di restoran setempat, bahkan dapat memperoleh informasi tentang berbagai obyek wisata lain dari pusat informasi pariwisata yang terletak tidak jauh dari stasiun kereta uap.



Walaupun Museum Kereta Api Ambarawa dikelola oleh pemerintah dan Hotham Valley Tourist Railway dikelola oleh swasta, namun tidak menutup kemungkinan pengelola museum dapat bersinergi dengan pihak swasta dalam menciptakan atraksi pariwisata atau dalam menyediakan fasilitas yang lebih memadai bagi para wisatawan. Kuncinya adalah kreativitas dan kesadaran bahwa aset yang dimiliki adalah aset yang sangat berharga.



Daftar Pustaka



1. Ganeri, A., Hibbert, A., Malam, J., Oliver, C., Oxclade, C., Pickering, J. And Robson, D. (2001) Amazing Questions and Answers. Parragon Book, UK.

2. Lee, R. (2003) Potential Railway World Heritage Sites in Asia and the Pacific. Institute of Railway Studies, University of York.

http://www.york.ac.uk/inst/irs/irshome/papers/robert2.htm

3. Harian Kompas edisi 25 Juni 2005, Museum KA Ambarawa, dari Soekarno hingga Hedjaz Railway.

4. http:// 64.203.71.11/kompas-cetak/0506/25/Wisata/1794597.htm

copyright: http://io.ppi-jepang.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar