Selasa, 10 Februari 2009

Arah Sejarah dan Tanggung Jawab Kultural Kita

Perubahan dunia dewasa ini berlangsung secara cepat dan menyeluruh dengan perkembangan yan g semakin mengglobal dan bersifat fluktuatif dengan segala kemajemukannya dan saling terkait antara factor yang satu dengan factor yang lainnya. Pengetahuan dan pemikiran manusia tumbuh maka di salah satu factor yang amat penting dan menentukan tehadap jalannnya perubahan tersebut. Dimana pemikiran manusia menjadi
sumber tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan yang memilikki kemampuan menggerakan , mengubah, dan meembentuk jalannya sejarah. Sehingga Tidak dapat kita pungkiri gejolak-gejolak epistemologikal (gejolak-gejolak yang terjadi di dalam evolusi ilmu pengetahuan itu sendiri juga gejolak-gejolak yang mendesak, mendorong, menguba h, memperba harui sejarah terus menerus pada medan non-epistemologikal . Gejolak Gejolak ini nampak pada evolusi pada sistem politik, ekonomi, religi, bahasa, Kesenian, teknologi masyarakat, sekaligus juga pada perangkat-perangkat nilai serta pola-pola structural-institusional.

Mari kita tilik sejarah barang sejenak, Agustinus pada tahun 410 Masehi telah membuat suatu refleksi yang mempertanyakan hal arah sejarah. Namun pada masa ini arah sejarah belum dipandang sebagai problem dan sekaligus sebagai konsep, belum menjadi sesuatu yang dibumikan karena masih dianggap sebagai bagian dari alam pikiran modern.
Dalam pemahaman tentang konsep arah sejarah dan perkembangan kebudfayaan nasional sejarah dipandang sebagai kejadian ataui peristiwa yang masih sedang berjalan, sebagai pengalaman yang actual, dan sebagai proses yang masih terjadi (konntemporer). Dalam hal ini sejarah dipahami sebagai konsep kesadaran pengalaman hidup, kehidupan, dan penghidupan eksistensial dan actual, sejarah sebagai konsep kesadaran pengalaman hidup, kehidupan dan penghidupan eksistensial adan aktual, serjarah sebagai salah s atu sifata dasar dan eksistensi manusia sehingga sejarah dipahami sebagai lakonya orang perorang, dapat menjadi lakonnya masyarakat, bangsa dan negara, semesta dunia dan umat manusia.
Untuk memperjelas hal diatas marilah kita tilik dan kita runtutkan mulai dari renaissance (mengenai Evolusinya serta menjalarkan pengaruhnya ke seantero dunia yang merupakan suatu gerakan pembaharuan yang didalamnya memeuat dorongan perubahan kepada cita-cita baru. Gema arus pembaharuan di perkuat s\dengan munculnya Aufklarung, gerakan enlightenment Yang menyebar luas di eropa pada abad 18 dan 19. Diaman terkandung cita-cita untuk membangun manusia baru, masyarakat baru dan sejarah baru, yang didasarkan atas kekuatan kodrati manusia terutama kekuatan pikirannya. Gerakan ini dikela juga gerakan kemerdekaan karena manusia mau lepas dari eblelnggu sistem keagamaan dan legitimasi supranatural, serta membangun semuanya atas dasar kepercayaan kepada potensi kodrati yang ada didalam dirinya, dan di kembangkan atas legitimasi natural sepenuhanya.

Damapak yang paling besar dirasakan ialah mulai berubahnya pemikiran manusia berfikiir secara baru mengenai dirinya,masyarakatnya, pengetahuannya, negararanya, sejarahnya. Dimana manusia mulai memepertanyakan kembaliarah sejarah, dan manusia muali bervfikir akan membuat sejarah, memebentuk dan memeberi atrah kepada sejarah itu serta mewujudkan cita-cita manusia baru dan masyarakat baru. Sehingga tepatlah kiranya anggapan bahwa Aufkarung ialah kelanjutan dari renaissance, walaupun perangkat peradaban modern tidak lagi diacukan kepada sasatra dan kesenian Yunani, dan Romawi Kuno, melainkan kepada Ilmu dan kepada teknologi dan ekonomi.

Dalam suasana inilah maka lahirlah Idealisme sebagai upaya manusia memebangun sistem semesta berdasarkan atas pikiran murni manusia. Sehingga dalam masa ini perhatian manusia perhatian kepada sejarah amatlah besar sebagaimana nampak dalam filsaftnya Hegel diman sehjarah adalah jiwa dan pikiran yang berevolusi.

Bersama dengan gerakan aufkalrung, Evolusionisme lahir sebagai gelomban g aliran pemikiran yang memmeberikan perhatian yang lebih sadar dan tajam terhadap sejarah. Pada awalmulanya gerakan evolusionisme mencakup gejala-gejala alam, dalam perjalannya seiring dengan adanya gerakan Aufklarung ini maka menjamah gejala-gejala manusia, Masyarakat, dan kebudayaan, maka menggelombanglah arus evolusionisme natural dan evolusionisme sosial dan keduanya membangkitkan kesadaran dan perhatian yang lebih besar lagi kepada Sejarah sebagai konsep gerak, perubahan, perkembangan. Manusia mulai membicarakan hukum-hukum evolusi, tahap-tahap evolusi, yang implikasinya ialah manusia mulai terpacu untuk berupaya menemukan hukum-hukum sejarah serta tahapan-tahapan sejarah. Walaupun Evolusionisme dalam perkembangannya berlangsung panjang dan majemuk, namunn saat nini kita memepercayai bahwa evolusionisme sebagai fakta ialah kenyataan dan sifat dasar dari kodrat Allam maupun kodrat Manusia. Dalam hal ini kita perlu membedakan secara tegas Evolusionisme sebagai Fakta dan evolusionisme sebagai Doktrin, teori maupun ajaran.

Perkembangan ilmu pengetahuan akan berjalan berdampingan dengan evolusionisme itu sendiri dimana ilmu pengetahuan akan memacu perhatian masyarakat kepada sejarah sebagai konsep gerak tersebut. Dimana kita juga harus memahami diman ilmu-ilmu alam seperti fisika, astronomi, Kimia juga biologi menunjukan bahwa semesta dan dunia merupakan gerak yang terus menerus, dengan ilmu tersebut manusia telah diberikan kesempatan untuk mengetahui hukum-hukum alam. Dengan demikian perkembangan selanjutnya ialah munculnya Positivisme, sebagai salah satu arus modern yang pengaruhnya besar dan perhatian terhadap sejarah sebagai konsep gerak baik itu sejarah manusia maupun sejarah Masyarakat manusia.

(Positivisme, lazim dikenalkan sebagai aliran berlawanan dengan Idealisme, namun demikian sebagai produk yang dilahirkan oleh Aufklarung keduanya terdapat titik temu dimana keduanya memepunyai kepercayaan mutlak kepada pikiran manusia sebagai kekuatan yang otonom. Dengan demikian keduanya dipandang sebagai bagian dari gelombang intelektualisme yang meemag sangat besar pengaruhnya terhadap sejarah kebudayaan Eropa sampai pecahnya perang dunia II. )

Istilah Positivisme lahir dari seorang yang bernama saint Simont yang hidup pada tahun 1760-1825 (bapak sosiologi Perancis) dimana ia memuat analisis analiktikal mengenai sejarah masyarakat Eropa, bagaaimana feodalisme momudara dan keudian terjadi perkembangan lebih alanjut termasuk memudarnya agama nasrani di Eropa, Saint Simon mengatakan bahwa faktor terpenting dari kejadian tersebut ilah rterjadinya Industrialisasi dan Perkemban gan ilmu, diama Industri dan Ilmu telah menggantikan basis lama (Ideologi, Theologi, Filsafat). Dengan demikian pegangan untuk membangun masyarakat baru tidak bisa lain kecuali harus berpeghang kepada Ilmu sebagai acuan tunggal.

Istilah Positivisme semakin menyebar oleh pemikiran AgustComte (1798-1857) dan dikenal sebagai bapak Sosiologi Modern. Comte menaruh perhatian besar kepada perkembangan Sosiologi modern manusia, yang menggejala di masyarakat Eropa, dan kekacauam masyarakat yang ditimbulkannya, dimana kepastian menjadi tidak ada dikarenakan oleh terjadinya perpecahan-perpecahan didalam sistem pengetahuan. Dengan demikian Agust Comte berkesimpulan bahwa evolusi pengetahuan manusia sebagai fakta, yang dibaginya dalam 3 tahapan;
1. Tahap Teologikal
2. Tahap Metafisikal
3. Tahap Ilmiah dan tahap Scientifical

Dimana tiga tahap tersebut oleh Agust Comte di anggap sebagai tahap positif diaman terdapat keapasytian –kepastian mutlak yang dapat dipegang dan didasarkian atas ilmu. Dengan demikian muncullah istilah Positifisme , sebagai suatu aliran pemikiran yang memandang ilamu sebagai satu-satunya pemegang kedauatan tertinggi atas kebenaran dan kepastian. “Science whence comes prediction, Prediction whence comes action” (Tugas ilmu ialah membuat prediksi karena dapat mengungkapkan hukum yang serba pasti, dan atas dasar hukum dan prediksi itulah manusia memiliki pegangan untuk aksi . Dalil Agust Comte dipertegas oleh Karl Marx yang antara lain menyatakan bahwa ilmu tugasnya bukan untuk mengetahui masyarakat melainkan untuk mengubahnya.

Selain itu Agust Comte juga melakukan loncatan dari Positivisme ilmu-ilmu alam masauk kedalam positivisme ilmu mengenai masyarakat. Ia mendambakan adanya ilmu yang mengenai masyarakat dimana dapat diangkat hukum-hukum kepastian mengenai masyarakat manuisa, diaman adapat diprediksi darimana arah jalannya masyarakat itu dan dari mana dapat dibangun aksi-aksi untuk membangun masyarakat tersebut. Ia mengistilahkan ilmu yang memepelajari masyarakat sebagai ilmu Sosiologi. Ia sangat berharap jika Positivisme tidak banyak berbicara mengenai Sejarah dan Arah sejarah setidaknya menurut pengharapannya positivisme telah mengajukan ilmu sebagai alat untuk mengubah sejarah, memebentuk sejarah, mengubah masyarakat, memebentuk masyarakat, baik sejarah dunia, maupun sejarah manusia, baik komunitas abiotik maupun biotic.

Pemikiran karl Mark antar evolusionisme, Positivisme, Idealisme, dan aufklarung, semua itu bercampur menjadi satu. Maka itu didalamnya terdapat pendekatan kesejarahan yang mendasar (tidak saja sejarah sebagai konsep masa lampau tetapi juga sejarah sebagai konsep masadepan),, dimana didalamnya terdaopat kritik terhadap pengetahuan, terdapat pula kerancuan-kerancuan yang secara mendasar menjadi cirri dari arus gelombang pikiran modern Eropa saat itu.


Bookmark and Share