Jumat, 03 April 2009

MENGAPA KEOBJEKTIFAN DAN KEBENARAN SEJARAH SERING DIPERTANYAKAN?

Untuk dapat menjawab persoalan ini kita harus sepakat terlebih dahulu bahwa anatara ukuran benar dalam penegertian mutlak tidak dapat dicapai oleh sejarah. Begitu juga dengan Ojektif jika diartikan sama dengan benar dalam pengertian yang mutlak tidak akan dapat mencapai apa yang dimaksudkan. Hal ini terkait dengan sifat dari masalalu yang tidak dapat dihidupkan kembali seperti adanya. Sejarah ialah hasil dari pemikiran dan interpretasi fakta-fakta peristiwa masalalu yang ditemui oleh sejarawan maupun peneliti. Dengan sejarah, masa lalu dapat direkonstruksi kembali sehingga dapat dipahami sebaik mungkin guekarang dan menjadi panduan untuk memepersiapkan masadepan.
Kesangsian terhadap keobjektifan dan kebenaran sejarah seharusnya tidak perlu ada andaikata kita mampu membedakan mana yang dapat kita sebut sebagai sejarah dan mana yang bukan sejarah dan kita mamapu memeposisikan arti dari kebenaran dan keobjektivan sejarah sebagai dua hal yang tidak dapat kita artikan sama. Sejarah memang tidak bisa benar seratus persen karena sejarah tidak dapat menciptakan kembali masa lampau. Sedangkan Objektif dapat kita terima sebagai usaha untuk dapat mendekati apa yang dapat kita kategorikan benar. Kehadiran metode-metode dalam penelitian sejarah memang memeberikan angin segar kepada kita guna memahami bagaimana rekonstruksi sejarah dapat atau tidak dalam mencapai keobjektifan dalam mengungkap peristiwa sejarah.
Kita harus memahami bahwa ukuran sejarah semesta kini pada kehidupan masyarakat kontemporer saat ini mempunyai ukuran-ukuran “kebenenaran” terhadap kesejarahan yang berlainan dengan ukuran-ukuran kebenaran kesejarahan pada masa lampau. Hikayat misalnya, bagi masyarakat Sumatra Utara yang hidup pada masa 6-7 abad yang lalu menganggap hikayat sebagai usaha tafsiran terhadap peristiwa masa lampau yang lebih sesuai jika dibandingkan misalnya dengan tulisan Sartono Kartodirjo yang membahas tentang pemberontakan petani banten tahun 1888, begitu juga sebaliknya Penelitian Sartono Kartodirjo oleh masyarakat sekarang lebih bisa diterima dan dianggap mendekati kebenaran daripada hikayat. Inilah buktinyata yang harus kita semua pahami bahwa antara sejarah yang cocok dan tidak cocok bersifat Nisbi (relative) halini terjadi karena pola pemahaman masyarakat terikat sepenuhnya pada kebudayaan masyarakat yang sedang berlangsung.
Perlu kita ketahui bersama bahwa sejarah ialah ilmu. yang sangat unik karena menggabungkan antara ilmu dan juga seni. Walaupun dalam penjabarannya belum ada yang dapat memuaskan berbagai pihak namun dapat kita pahami bawa hipotesis yang dihasilkan dari penelitian sejarah tidak bersifat kaku seperti ilmu-ilmu yang lain. Keberadaan metode-metode penelitian tidak lain adalah sebagai upaya bagi peneliti/Sejarawan untuk mendekati benar dan objektif dari penelitian, karena peneliti sadar bahwa masalalu memang tidakdapat dihidupkan lagi sebagaimana adanya. Hasil ahir dari penelitian yang berupa rekonstruksi dari tetap bergansuatu peristiwa masa lampau tetap tergantung pada peneliti/sejarawan dalam mengambil sudut pandang.
Empat unsur yang harus diperhatikan dalam memahami sejarah antara lain; memahami pengertian tentang waktu, memahami akan sifat-sifat fakta, dan penekanan-penekanan pada penelitian yang memfokuskan pada sebab musabab guna mengetahui permasalahan sebenarnya bukan saja penekannannya pada Apa, Kapan, Bagaimana dan Mengapa peristiwa sejarah itu terjadi. Dalam sejarah waktu dianggap memepunyai ukuran yang mutlak dimana waktu dan berlalunya waktu dapat diukur secara tepat. Sifat dasar fakta dalam ilmu sejarah ialah kerumitannya dimana fakta akam mempunyai arti yang berbeda tergantung pada sudutpandang sejarawan. Sedangkan pemahaman pada sebab musabab didasari pada pemahaman bahwa kejadian-kejadian sejarah memepunyai banyak factor penyebabnya dan anatara masing-masing penyebab tersebut anatara satu dengan yang lainyya dapat kita susun sedemikian rupa sehingga dapat memepengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Dengan kesadaran inilah maka diharapkan muncul pemahaman yang sebenar benarnya terhadap sejarah, sehingga sikap memandang remeh dan mengagap tidak penting sejarah akan dengan sendirinya hilang. Amin.


Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar