Kemah budaya tahun 2009 ini mengambil tempat di Benteng Vredeburg Yogyakarta dari tanggal 31 Juli-2 Agustus 2009. Kegiatan yang dibuka oleh Ketua kwarda Paku Alam IX ini bertujuan untuk mengapresiasikan kebersamaan, kemandirian, dan belajar tentang budaya dan pariwisata. Kegiatan ini diikuti oleh 200 pramuka perwakilan tingkat penggalang dan penegak dari kwartir cabang Kabupaten/kota se DIY.
Harapan Paku Alam IX dalam pidato pembukaannya ialah mengharapkan agar generasi muda harus mempunyai budi pekerti luhur serta semangat bela negara dalam persaingan global. Sehingga perlulah dibagun sumberdaya manusia yang berkepribadian, kuat handal, dan berpegang pada identitas dan jatidirinya. Salah satu caranya ialah dengan mengenalkan dan menghayati nilai-nilai sejarah dan perjuangan bangsa melelui pemahaman terhadap benda-benda peninggalan sejarah.
Rangkaian acara yang akan dilangsungkan mengutip KR edisi Sabtu 1 Agustus 2009 ialah karnaval budaya guyon maton, pentas seni daerah, kunjungan kesitus bersejarah, konservasi dan ekskavasi di taman sari, Kota Gede, Candi Prambanan, dan laboratorium purbakala di kantor BP3 DIY serta benteng vedeburg yogyakarta. Selain itu juga ada kegiatan napak tilas kawasan nol kilometer kota yogyakarta meliputi benteng Vredeburg, ,gedung kepresidenan yogyakarta, rumah dinas wakil presiden (kantor korem 072, gedung de Javaseche Bank (kantor BI) dan pemutaran Film kesejarahan serta dialog budaya, juga lomba memahami dan melestarikan budaya local seperti masakan tradisional, dolanan anak, majalah dinding, karya tulis ilmih, , vokal, serta grup lagu kebangsaan.
Jumat, 31 Juli 2009
UPACARA ADAT TUNGGUL WULUNG
Upacara adat ini digelar oleh masyarakat dusun Tengahan, desa sendangagung, kecamatan Minggir jumat 27 Juli 2009. upavara adat ini diawali dengan kirab prajuritdan pusaka diawali dari baledesa Sendangagung minggir menuju ke rumah juru kunci makam Ki Ageng Tunggul Wulung sejauh dua kilometer. Prosesi upacara adat ini dilaksanakan di tiga titik lokasi, yakni balai desa sendang agung, rumah jurukunci makam Ki Ageng Tunggal Wulung dan di makam. Prosesinya sendiri berdasarkan catatan KR edisi Sabtu Wage 25 juli 2009 diawali dengan laporan prajurit di Balai desa Sendang Agung, dilanjutkan denga kirab kerumah jurukunci utuk menyerahkan sesaji dan dilanjutkan kemakam untuk kenduri bersama.
Merti Dusun Kalasan
Hari ini Sabtu 25 Juli 2009 masyarakat dusun ngajeg, desa Tirtomartani, kecamatan Kalasan, kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar upacara adat merti bumi bertajuk “poco Tunggal”.
TUGU WEDI
Tugu Wedi yang berlokasi di simpang tiga kecamatan Wedi atau jalan Kompleks pasar Wedi dibangun kembali dabn digeser letaknya. Tugu ini merupakan tugu baru dimana tugu yang runtuh akibat diseruduk sebuah truk. Walau pembangunan tugu ini menelan biaya sebesar25 juta rupiah hal intu bukan menjadi penghalang untuk membangun kembali tugu ini. Menurut keterangan Camat Wedi Endro Susilo dang dikutip dari KR edisi rabu 29 Juli 2009 tugu ini bagi masyarakat dirasakan sangat penting karena nilai akan sejarahnya dimana tugu ini yang dibangun oleh PB IV sebagai tanda Wedi merupakan bagian dari tlatah Kraton Surakarta.
Mengutip pernyataan bapak camat dari KR tugu ini juga sarat akan makna filosofis sebagai pemersatu, pusat pandagan dan juga pusat pemerintahan, namun dalam pembangngunannya sedikir digeser dari lokasi semula agar lebih lurus dengan pertigaan yang ada sekarang. Peresmian ini dilakukan selasa 28 juli 2009 ditandai dengan penandatanganan prasati oleh bupati Klaten Sunarno SE M Hum dan pengguntingan pita oleh ketrua DPRD KlatenHarry Pramono.
Mengutip pernyataan bapak camat dari KR tugu ini juga sarat akan makna filosofis sebagai pemersatu, pusat pandagan dan juga pusat pemerintahan, namun dalam pembangngunannya sedikir digeser dari lokasi semula agar lebih lurus dengan pertigaan yang ada sekarang. Peresmian ini dilakukan selasa 28 juli 2009 ditandai dengan penandatanganan prasati oleh bupati Klaten Sunarno SE M Hum dan pengguntingan pita oleh ketrua DPRD KlatenHarry Pramono.
KIRAB BOYONG KEDATON
Kirab Boyong Kedaton menandai puncak hari jadi kabupaten Wonosobo yang ke-184, selain itu juga diadakan upacara Birat Sengkolo, dan juga kenduri rakyat pada Jumat 24 Juli 2009. Arak-arakan kirab ini merupakan symbol dari menyatunya pemerintah dengan rakyatnya, bahkan masing-masig desa dean kalurahan turut meramaika dan berpartisipasi dalam kirab budaya ini. Meliputi seni kuda kepang, reog, lengger, dan aneka kesenian lainnya.
Ritual Birat Sengkolo merupakan ritual upacara tradisional
Ritual Birat Sengkolo merupakan ritual upacara tradisional
Pelestarian Cagar Budaya Memprihatinkan
Apa gerangan yang sedang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini. Dari hari-ke hari kepedulian masyarakat kita terutama terhadap kelestarain benda cagar budaya semakin menurun. Memang melestaraikan Benda cagar budaya memang bukanlah perkara yang mudah dan harus melibatkan banyak pihak, mulai dari pemilikaset, pemerintah dan juga mastarakat luas. Mengutip artikel di koran kedaulatan rakyat edisi rabu 29 Juli 2009 faktor terbesar penyebab alih fungsinya bangunan cagar budaya ialah pandangan terhadap Benda Cagar budaya yang dilihat hanya dari sudut pandang ekonomi. Memang hal ini menjadi peroalan yang cukup pelik karena di satu sisi kita sebagai generasi penerus bangsa yang sadar akan pentingnya nilai-nilai kesejarahan menganggap penting akan kelestaraian akan BCB tersebut namun disisi lain tidak sedikit para pemilik BCB melihatnya dari sudutpandang ekonomi terlebih lokasinya yang strategis. Mengutip keterangan ketua dewan kebudayaan DIY Yuwono Sri suwito dalam diskusi Forum Wartawan DPRD DIY digedung DPRD Propinsi selasa 28 Juli 2009 memberi contoh betapa sulitnya melestaraikan BCB di jalan Ahmad dahlan yogyakarta yang berarsitektur perpaduan gaya cina dan Yogyakarta menolah diberi lebel Bendacagar budaya. Pemilik beralasan jika bangunan mereka diberi lebel BCB akan sulit dijual.
Belio juga menjelaskan lebih lanjut dimana usaha untuk melestarikan BCB perlu dilakukan dengan pendekatan komunitas kesukuan, dan pemilik asset diberikan apresiasi untuk memotivasi mereka agar sadar dan peduli akan warisan budaya tersebut.
Belio juga menjelaskan lebih lanjut dimana usaha untuk melestarikan BCB perlu dilakukan dengan pendekatan komunitas kesukuan, dan pemilik asset diberikan apresiasi untuk memotivasi mereka agar sadar dan peduli akan warisan budaya tersebut.
JEMBATAN DUWET JADI BENDA CAGAR BUDAYA
Kali bawang.
Jembatan Duwet yang berada di kecamatan kalibawang merupakan warisan budaya. Selanjutnya akan dijadikan benda cagar budaya. Karena jembatan tersebut harus dilestarikan makan dalam perencanan kedepan akan dibangun disampingnya jembatan barusebagai lalulintas niaga dan publik.
Jembatan Duwet memilliki nilai sejarah dan bernilai untuk riset, Karen arsitektur jembatan ini Kuno dan unik. Mengutip harian Kedaulatan rakyat Edisi Jumat31 Juli 2009 jembatan ini dibangun pada tahun 1930 sebagai jembatan perjuangan, yaitu untuk lalulintas tentara Republik Indonesia. Jembatan dengan panjang 100 meter ini pernah diruntuhkan musuh, tahun 1948 dibangun kembali, tetapi sekitar tahun 1950 dihancurkan lagi dan di tahun 1960 di dibangun kembali untuk menghubungkan kecamatan kalibawang dengan kecamatan Ngluwar magelang.
Jembatan Duwet yang berada di kecamatan kalibawang merupakan warisan budaya. Selanjutnya akan dijadikan benda cagar budaya. Karena jembatan tersebut harus dilestarikan makan dalam perencanan kedepan akan dibangun disampingnya jembatan barusebagai lalulintas niaga dan publik.
Jembatan Duwet memilliki nilai sejarah dan bernilai untuk riset, Karen arsitektur jembatan ini Kuno dan unik. Mengutip harian Kedaulatan rakyat Edisi Jumat31 Juli 2009 jembatan ini dibangun pada tahun 1930 sebagai jembatan perjuangan, yaitu untuk lalulintas tentara Republik Indonesia. Jembatan dengan panjang 100 meter ini pernah diruntuhkan musuh, tahun 1948 dibangun kembali, tetapi sekitar tahun 1950 dihancurkan lagi dan di tahun 1960 di dibangun kembali untuk menghubungkan kecamatan kalibawang dengan kecamatan Ngluwar magelang.
Kamis, 30 Juli 2009
KETOPRAK ULTAH PDAM KOTA YOGYAKARTA
Kegiatan ini selain dilaksanakan dalam rangka ulangtahun ke-40 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota yogyakarta juga sebaagai langkah peduli terhadap kelestarian dan pengembangan seni ketoprak yang menjadi ikon Yogyakarta. Lakon yang akan di mainkan ialah cerita Penangsang Golek Bala kayra sutradara nano Asmorodono. Pentas ini akan digelar di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Jumat 31 Juli 2009.
APRESIASI BUDAYA ETNIS
Benar kiranya jika ada anggapan bahwa setiap etnik memiliki kearifan yang perlu dimengerti, dipahami dan di kembangkan oleh komunitas itu sendiri maupun oleh komunitas lainnya. Terlebih globalisasi sekarang ini tantangan untuk mengembangkan kearifan budaya local banyak mendapatkan tantangan. Yogyakarta memang kota budaya dimana segenap senitradisi sampai sekarang masih tetap terjaga akkan kelestarainnya, tidak bias terlepas begitu saja dari dampak globalisasi apalagi visi kota yogyakarta menuju tahun 2020 menjadi pusat kebudayaan terkemuka sekaligus mewujudkan Memayu Hayuning Buwana.
Seperti yang dilansir oleh harian kedaulatan rakyat edisi Jumat 31 Juli 2009 dalam liputan pembukaan gelar apresiasi Budaya Etnis di halaman mmonumen serangan Oemom 1 maret yogyakarta (selasa. 29 Juli 2009). Acara yang bertemakan Aktualisasi nilai-nilai kearifan local memperkuat jatidiri Bangsa di era Global, menampilkan tari maddupa Bosara (Prop. Sulsel), Nyamut Onu bage’ik (Kalimantan Barat), Muli mekhanai (lampung), dayung (Papua), dan Senam patrol jember (jatim).
Kegiatan ini menurut kepla bidang tradisi, seni, film dinas kebudayaan yogya, Nur Satwika adalah untuk meningkatkan apresiasi budaya antar etnis, menumbuhkan sikap toleransi akan kesetaraan dan hak hidup yang sama bagi semua kebudayaan yang berbeda, sekaligus media informasi dan promo dari daerah untuk memupuk potensi serta meningkatkan persatuan dan kesatuan negara kesatuan republik Indonesia.
Sungguh kegiatan yang patut diacungi jempol, betapa tidak inilah wujudnyata dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional dalamrangka menjawab tantangan global yang menuntut kedinamisan dalam segala aspek, tak terkecuali seni dan budaya. Tentunya hal ini dapat terwujud karena kita sebagai bangsa merasa bangga akan kekayaan budaya yang kita miliki, dengan rasa iklas kita mengeksplorasi kemampuan diri, mempelajari sejarah dan mengembangkannya. Selamat dan sukses, amin.
Seperti yang dilansir oleh harian kedaulatan rakyat edisi Jumat 31 Juli 2009 dalam liputan pembukaan gelar apresiasi Budaya Etnis di halaman mmonumen serangan Oemom 1 maret yogyakarta (selasa. 29 Juli 2009). Acara yang bertemakan Aktualisasi nilai-nilai kearifan local memperkuat jatidiri Bangsa di era Global, menampilkan tari maddupa Bosara (Prop. Sulsel), Nyamut Onu bage’ik (Kalimantan Barat), Muli mekhanai (lampung), dayung (Papua), dan Senam patrol jember (jatim).
Kegiatan ini menurut kepla bidang tradisi, seni, film dinas kebudayaan yogya, Nur Satwika adalah untuk meningkatkan apresiasi budaya antar etnis, menumbuhkan sikap toleransi akan kesetaraan dan hak hidup yang sama bagi semua kebudayaan yang berbeda, sekaligus media informasi dan promo dari daerah untuk memupuk potensi serta meningkatkan persatuan dan kesatuan negara kesatuan republik Indonesia.
Sungguh kegiatan yang patut diacungi jempol, betapa tidak inilah wujudnyata dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional dalamrangka menjawab tantangan global yang menuntut kedinamisan dalam segala aspek, tak terkecuali seni dan budaya. Tentunya hal ini dapat terwujud karena kita sebagai bangsa merasa bangga akan kekayaan budaya yang kita miliki, dengan rasa iklas kita mengeksplorasi kemampuan diri, mempelajari sejarah dan mengembangkannya. Selamat dan sukses, amin.
TUMBUHKAN CINTA WARISAN BUDAYA BANGSA
Kegiatan menumbuhkan cinta pada warisan budaya bangsa ini dilakukan oleh management PT. taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan ratu Boko dengan mengelar Prambanan-ratu book Fun Bike dan Fun Walk. Kegiatan ini merupakan wujud nyata usaha untuk lebih mengenalkan warisan budaya bangsa dengan segala potensinya kepada masyarakat luas. Kegiatan ini akan diselenggarakan minggu 09 Agustus 2009.
Mengutip harian KR Kegiatan ini juga diselenggarakan juga dalam rangka ulangtahun ke-29 PT TWC BPRB juga sekaligus menyemarakan HUT ke-64 Kemerdekaan RI.
Untuk dapat mengikuti kegiatan ini peserta harus membayar 30 000 rupiah dengn mendapatkan fasilitas yang telah disediakan panitia. Namun sungguh disayangkan hadiah hadah yang diberitan tekesan kurang mendidik, mencermati tema diatas seharusnya hadiah-hadiah yang diberikan juga harus “mendidik”. Karena menumbuhkan cinta terhadap warisan budaya bangsa ini membutuhkan penanganan yang lebih serius dan berkesinambungan. Penulis berharap tema diatas dapat dikembangkan lebih lanjut seperti dengan sosialisasi terhadap sekolah-sekolah dari SD hingga perguruan tinggi melalui dialog interaktif sehingga akan tercipta rasa cinta yang tertanam didalam hati generasi muda sejak dini.
Sukses untuk acara yang digelar, selamat ulangtahuna ke-29 PT TWC BPRB. Selamat ulangtahun Indonesia ke-64, tetap jaya dan tetap MERDEKA.
Mengutip harian KR Kegiatan ini juga diselenggarakan juga dalam rangka ulangtahun ke-29 PT TWC BPRB juga sekaligus menyemarakan HUT ke-64 Kemerdekaan RI.
Untuk dapat mengikuti kegiatan ini peserta harus membayar 30 000 rupiah dengn mendapatkan fasilitas yang telah disediakan panitia. Namun sungguh disayangkan hadiah hadah yang diberitan tekesan kurang mendidik, mencermati tema diatas seharusnya hadiah-hadiah yang diberikan juga harus “mendidik”. Karena menumbuhkan cinta terhadap warisan budaya bangsa ini membutuhkan penanganan yang lebih serius dan berkesinambungan. Penulis berharap tema diatas dapat dikembangkan lebih lanjut seperti dengan sosialisasi terhadap sekolah-sekolah dari SD hingga perguruan tinggi melalui dialog interaktif sehingga akan tercipta rasa cinta yang tertanam didalam hati generasi muda sejak dini.
Sukses untuk acara yang digelar, selamat ulangtahuna ke-29 PT TWC BPRB. Selamat ulangtahun Indonesia ke-64, tetap jaya dan tetap MERDEKA.
triad of Monuments
Standing in a straight row, the triad of Monuments Mendut, Pawon, and Borobudur forms a symbolic unity.
In the oldest of the three, the Mendut temple, a tree metre high statue of Buddha carved from one piece of stone, represent an imposing expression of homage to the preacher of the faith of deliverance.
Less than two kilometers away, sparated by the rivers Elo and Progo, lies smaller Pawon, a jewel of Javanese temple architecture. In all probability this temple served as a stop to purify the mind, prior to ascending Borobudur.
Amere fifteen hundred meters from Pawon, a stone hill of terraces arises, Borobudur with its hundreds of Buddhas.
When makingn the tour of the galleries with their high-set balustrades under the celestial canopy, one may imagine being in a temple. Saying one’s prayers, passing along the two and a half kilometres of reliefs to the summit of the sanctuary, resembles a passage along an altar up to the hope for fulfillment.
The pilgrim or he who hopes to attain Buddhasip (or Bodhisattva in Sankrit), enters Mendut in honour of Buddha.
Borobubr by. Yazir marzuki and Toety Heraty
Borobudur Chandi, however, is like and Ornaments. It rises to heaven towards the acquisition of Buddhaship, the absolute deliverance from the cycle of perpetual reincarnation.
In the oldest of the three, the Mendut temple, a tree metre high statue of Buddha carved from one piece of stone, represent an imposing expression of homage to the preacher of the faith of deliverance.
Less than two kilometers away, sparated by the rivers Elo and Progo, lies smaller Pawon, a jewel of Javanese temple architecture. In all probability this temple served as a stop to purify the mind, prior to ascending Borobudur.
Amere fifteen hundred meters from Pawon, a stone hill of terraces arises, Borobudur with its hundreds of Buddhas.
When makingn the tour of the galleries with their high-set balustrades under the celestial canopy, one may imagine being in a temple. Saying one’s prayers, passing along the two and a half kilometres of reliefs to the summit of the sanctuary, resembles a passage along an altar up to the hope for fulfillment.
The pilgrim or he who hopes to attain Buddhasip (or Bodhisattva in Sankrit), enters Mendut in honour of Buddha.
Borobubr by. Yazir marzuki and Toety Heraty
Borobudur Chandi, however, is like and Ornaments. It rises to heaven towards the acquisition of Buddhaship, the absolute deliverance from the cycle of perpetual reincarnation.
GLOBALISASI ANCAM PENGEMBANGAN BUDAYA
Pengembangan kebudayaan DIY menghadapi tantangan dengan derasnya arus globalisasi teknologi dan informasi. Tantangan tersebut dirasakan semakin sulit dengan posititioning budaya yang belum dilihat sebagai hal yang penting, serta tidak didukung oleh kebijakan structural.
Kebudayaan telah di rugikan oleh berbagai proses social politik dan biaya cultural masuknya teknologi. Oleh karena itu diperlukan sikap tegas dalam upaya pelestaraian dan pengembangan budaya, agar seni tradisi tidak stagnan, dan mati karena arus perubahan zaman.
Untuk mencermati hal ini diperlukan kecerdasan untuk dapat mengintegrasikan kebudayaan local guna meningkatkan kebudayaan nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menciptakan masterpiece bahkan sampai adaptasi kontemporer (Sektiadi, Dewan kebudayaan kota Yogyakarta). Hal ini penting Karena dalam mengembangkan budaya haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan system produksi kontemporer, sehingga ,memperluas jangkauan informasi sehingga akan lebih mempermudah tukar informasi, dengan demikian diharapkan akan semakain terjalin kolaborasi dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia sehingga akan memunculkan karya-karya baru yang berdimensi nasional bercitarasa loka.
Tentunya untuk mewujudkan hal ini harus diimbangi dengan usaha konkrit semua pihak karena dalam pengembangan budaya local yang berdimensi nasional perlu diimbangi dengan landasan edukasi dan nilai ketradisionalan yang berbasis pada masyarakat local. Sehingga seperti diungkapakan Amiluhur perlu system pedagogic dan menagemen dengan pendekatan plural, hetero budaya local yang benar sebagai pendukung entitas nasional.
Kebudayaan telah di rugikan oleh berbagai proses social politik dan biaya cultural masuknya teknologi. Oleh karena itu diperlukan sikap tegas dalam upaya pelestaraian dan pengembangan budaya, agar seni tradisi tidak stagnan, dan mati karena arus perubahan zaman.
Untuk mencermati hal ini diperlukan kecerdasan untuk dapat mengintegrasikan kebudayaan local guna meningkatkan kebudayaan nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menciptakan masterpiece bahkan sampai adaptasi kontemporer (Sektiadi, Dewan kebudayaan kota Yogyakarta). Hal ini penting Karena dalam mengembangkan budaya haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan system produksi kontemporer, sehingga ,memperluas jangkauan informasi sehingga akan lebih mempermudah tukar informasi, dengan demikian diharapkan akan semakain terjalin kolaborasi dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia sehingga akan memunculkan karya-karya baru yang berdimensi nasional bercitarasa loka.
Tentunya untuk mewujudkan hal ini harus diimbangi dengan usaha konkrit semua pihak karena dalam pengembangan budaya local yang berdimensi nasional perlu diimbangi dengan landasan edukasi dan nilai ketradisionalan yang berbasis pada masyarakat local. Sehingga seperti diungkapakan Amiluhur perlu system pedagogic dan menagemen dengan pendekatan plural, hetero budaya local yang benar sebagai pendukung entitas nasional.
MAGISME WAYANG DI SAINT FLORENT
Saint Florent le veiel adalah kota tua yang menjadi habitat sejumlah situs bersejarah berupa gereja tertua di Perancis, dan juga jejak perjalanan kaum Viking. Mengutip berita dari harian kedaulatan rakyat edisi 30 juli 2009 ditempat itulah Ki Enthus didaulat menampilkan dua lakon wayang, yang pertama Ki Enthus melakonkan cerita Timun mas dengan media Wayang golek, sedangkan yang kedua melakonkan Dewa Ruci. Sungguh suatu kabar yang menggembirakan karena ditengah pertunjukan berlangsung para penonton mengapresiasi dengan positif.
Bersama dengan seniman dari Iran, India, Indonesia, Aljazair, Cina, Mongolia, dan Asia tegah kientus memaksimalkan kemampuannya dalam melakonkan kedua cerita tersebut. Alhasil dalam setiap pertunjukannya tiket terjual habis. Ki entus patut diacungi jempol karena dalam perjalanannya ke Belandadan Perancis mendapatkan sambutan hangat. Hal ini tada lan dari hasil kerja keras Ki Enthus dalam melakukan eksplorasi budaya dan kemampuannya dalam melalonkan wayang alhasil Ki Enthus menampilkan konsep yang berbeda dalam setiap pergelarannya di Amsterdan dan Prancis di sesuaikan dengan karakter penonton. Ungkap Ki Enthus Sumsono. Sungguh seniman Kontemporer cerdas, selamatdan sukses penulis ucapkan. Salam budaya.
Bersama dengan seniman dari Iran, India, Indonesia, Aljazair, Cina, Mongolia, dan Asia tegah kientus memaksimalkan kemampuannya dalam melakonkan kedua cerita tersebut. Alhasil dalam setiap pertunjukannya tiket terjual habis. Ki entus patut diacungi jempol karena dalam perjalanannya ke Belandadan Perancis mendapatkan sambutan hangat. Hal ini tada lan dari hasil kerja keras Ki Enthus dalam melakukan eksplorasi budaya dan kemampuannya dalam melalonkan wayang alhasil Ki Enthus menampilkan konsep yang berbeda dalam setiap pergelarannya di Amsterdan dan Prancis di sesuaikan dengan karakter penonton. Ungkap Ki Enthus Sumsono. Sungguh seniman Kontemporer cerdas, selamatdan sukses penulis ucapkan. Salam budaya.
PERANGKO HARI JADI KENDAL DI LUNCURKAN
Sampul, perangko, dan kartu pos peringatan hari jadi Kendal dluncurkan oleh bupati Kendal Dra. Hj. Siti Nurmarkesi selasa kemarin (KR. Kamis 30 juli 2009). Peluncuran ini dilakukan bersamaan dengan upacara hari jadi Kendal di alun-alun kabupaten Kendal. Berdasarkan catatan KR hal ini dapat diwujudkan atas kerjasama dengan PT Pos Indonesia, kantor POS Kendaldan Kantor POS Pusat POSINDONESIA, melalui unit filateli Bandung.
Isi dari Sampul, Perangko, dan kartu pos ini ialah mendokumentasikan peristiwa heroik dan monumental.Edisi ini bersifatterbatas dan untuk sampul hanya dicetak 1000 lembar dengan harga 5000/lembar, Perangko dicetak 10 000-15 000 buah, sedangkan perangko berupa proma didalamnya bias memuat foto atau identitas perseorangan maupun instansi dan untuk kartu pos terdapat tiga pilihan yaitu seri pelantikan bupati, panen raya, dan monumen kereta kuda.
Bagi anda yang merasa tertarik segera buru dan dapatkan.
Isi dari Sampul, Perangko, dan kartu pos ini ialah mendokumentasikan peristiwa heroik dan monumental.Edisi ini bersifatterbatas dan untuk sampul hanya dicetak 1000 lembar dengan harga 5000/lembar, Perangko dicetak 10 000-15 000 buah, sedangkan perangko berupa proma didalamnya bias memuat foto atau identitas perseorangan maupun instansi dan untuk kartu pos terdapat tiga pilihan yaitu seri pelantikan bupati, panen raya, dan monumen kereta kuda.
Bagi anda yang merasa tertarik segera buru dan dapatkan.
Rabu, 29 Juli 2009
KEMAH BUDAYA BERNUANSA MAJAPAHIT
Berdasakrakn catatan harian kedaulatan rakyat edisi kamis 30 Juli 2009 Dinas kebudayaan dan pariwisata kota Solo mengadakan kegiatan yang sangat unik dan tergolong langka. Kegiatan ini ialah kemah budaya bernuansa masa kerajaan Majapahit, dan diselenggarakan selama 3 hari mulai kamis 30 juli 2009 dan diikuti oleh 220 kawula muda, di taman Balekambang Solo.
Semua aktivitas selama kemah berlangsung dibuat benar-benar mendekati situasi zaman Majapahit mulai dari busana peserta, interior lingkungan, sampai aktifitas jual beli diarena perkemahan tidak menggunakan uang rupiah tetapi menggunakan uang kepengyang telah disiapkan panitia.
Kegiatan yang melibatkan pemuda ini sungguh sangat menggembirakan ditengah menipisnya rasa bangga akan keluhuran dan keagungan budaya ditengah gempuran budaya asing. Rangkaian acara yang telah disipkan oleh panitia anatara lain workshop budaya, outbond budaya, seminar, pemutaran film sejarah, dll. Semua aktifitas berlangsung menggunakan bahasa jawa, demikian papan petunjuk, informasi, pengumuman dll ditulis dalam bahasa jawa.
Semua aktivitas selama kemah berlangsung dibuat benar-benar mendekati situasi zaman Majapahit mulai dari busana peserta, interior lingkungan, sampai aktifitas jual beli diarena perkemahan tidak menggunakan uang rupiah tetapi menggunakan uang kepengyang telah disiapkan panitia.
Kegiatan yang melibatkan pemuda ini sungguh sangat menggembirakan ditengah menipisnya rasa bangga akan keluhuran dan keagungan budaya ditengah gempuran budaya asing. Rangkaian acara yang telah disipkan oleh panitia anatara lain workshop budaya, outbond budaya, seminar, pemutaran film sejarah, dll. Semua aktifitas berlangsung menggunakan bahasa jawa, demikian papan petunjuk, informasi, pengumuman dll ditulis dalam bahasa jawa.
MONUMEN NGOTO
Monumen Ngoto yang terletak di Ngoto, bantul, Yogyakarta ini adalah monumen perjuangan TNI AU dimana ditempat itulah jazad pahlawan nasional Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh disemayanmkan. Monumen itu terasa sangat penting terutama untuk keluarga besar TNI AU pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya dimana pada tanggal 29 Juli tahun 1947 silam pesawat Dakota VT-CLA jatuh dalam misi kemanusiaan. Korban tewas dalam peristiwa itu ialah para perintis TNI-AU yaitu Komodor Muda Udara A Adisutjipto, Komodor Udara prof. Dr. Abulrahman Saleh dan Opsir Muda udara Adisumarmo.
Dengan mengenl sejarah bangsa kita diharapkan generasi penerus dapat meneladani semangat perjuangan dan selalu berbuat yang terbaik demi kejayaan bangsa dan negara dalam rangka ikut mengisi kemerdekaan ini.
Dengan mengenl sejarah bangsa kita diharapkan generasi penerus dapat meneladani semangat perjuangan dan selalu berbuat yang terbaik demi kejayaan bangsa dan negara dalam rangka ikut mengisi kemerdekaan ini.
PARADE DALANG CILIK
Hari ini parade dalang cilik dilaksanakan di UNY. Acara yang diselenggarakan oleh Keluarga mahasiswa Seni Tradisi (Kamasetra), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNY, Persatuan pedalangan Indonesia DIY mengambil tempat di Pendapa Tejakusuma UNY. Acara ini diikuti oleh 12 Dalang Cilik dengan usia maksimal 15 tahun.
Tertarik Untuk menyaksikan? Silah kan dating ke Pendapa Tejakusuma UNY karena acara di mulai jam 10.00
Tertarik Untuk menyaksikan? Silah kan dating ke Pendapa Tejakusuma UNY karena acara di mulai jam 10.00
Tiga serangkai
Mendut, Pawon, dan Borobudur terbujur pada suatu garis lurus, dan merupakan satu kesatuan perlambang. Mendut adalah yang tertua, dengan patung Buddha setinggi tiga meter, terpahat dari segumpal batu sebagai pernyataan bukti kepadasang guru yang mengajarkan jalan pembebasan dari derita.
Kurang lebih jarak dua kilometer setelah menyebrangi sungai Elo dan Progo terletak mustika arsitektur Candi Pawon yang mungil yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan untuk mensucikan diri sebelum menginjak candi Borobudur.
Kemudian setelah menempuh jarak kurang lebih seribu limaratus meter tibalah kia di Candi yang sangat megah ini bernama Borobudur.
Bila kita melngkah mengitari candi diantara dinding kutamara, angkasa menjadi langit-langit puri tempat memuja sambil menyusuri ukiran sepanjang dua setengah kilometer menanjak lke puncak suci, doa, dan mantra diucapkan mendambakan kebebasab abadi.
Para pemuja yang ingin mencapai tingkat Bodhisattva, dating ke Mendut menyampaikan penghormatan kepada Buddha.
Namun demikian Borobudur tetap merupakan batu perwujudan dan sembahyang dan doa yang dipanjatkan lewat ukiran dan hiasan untuk mencapai tingkat ke Buddhaan, pembebasan mutlak dari pengulangan kelahiran yang tak kunjung henti.
Borobubr by. Yazir marzuki and Toety Heraty
Kurang lebih jarak dua kilometer setelah menyebrangi sungai Elo dan Progo terletak mustika arsitektur Candi Pawon yang mungil yang dipercaya sebagai tempat peristirahatan untuk mensucikan diri sebelum menginjak candi Borobudur.
Kemudian setelah menempuh jarak kurang lebih seribu limaratus meter tibalah kia di Candi yang sangat megah ini bernama Borobudur.
Bila kita melngkah mengitari candi diantara dinding kutamara, angkasa menjadi langit-langit puri tempat memuja sambil menyusuri ukiran sepanjang dua setengah kilometer menanjak lke puncak suci, doa, dan mantra diucapkan mendambakan kebebasab abadi.
Para pemuja yang ingin mencapai tingkat Bodhisattva, dating ke Mendut menyampaikan penghormatan kepada Buddha.
Namun demikian Borobudur tetap merupakan batu perwujudan dan sembahyang dan doa yang dipanjatkan lewat ukiran dan hiasan untuk mencapai tingkat ke Buddhaan, pembebasan mutlak dari pengulangan kelahiran yang tak kunjung henti.
Borobubr by. Yazir marzuki and Toety Heraty
Selasa, 28 Juli 2009
Kendal Genap Berusia 404 tahun
Dalamrangka memperingati hari jadi kabupaten Kendal berbagai agenda kegiatan dilakukan oleh segenap elemen masyarakat seperti yang dilansir oleh harian kedaulatan rakyat edisi selasa pahing 28 Juli 2009 dengan jedul Menelusuri petilasan Bupati antaralain dengan menggelar ziarah ke makam leluhur sreperti makam kiai Gebyang, Pangeran Juminah, Sunan kantong, Pangeran Mandurorejo, Kiai guru, dan makam mantan Bupati, Kendal Djoemadi.
Dalam tanggap warsa tahun ini kerabat kraton Mataram wewengkon Kendal mencoba menelusuri makam atau petilasan tumenggung bau rekso dimakam jambu Bukit Tanjung di desa Lebaksiu Kidul kecamatan Lebaksiu kabupaten tegal. Makam tersebut menurut Hamam Rochani (salah satu kerabat kraton) diyakini sebagai makam Tumenggung Bahurekso Bupati pertama Kendal. Makam ini seperti dilansir KR dalam kondisi seadanya.
Tema yang diangkat dalam perayaan hari jadi Kendal tahun ini seperti yang dikemukakan oleh bapak bupati “ Dengan semangat hari jadi Kabupaten Kendal ke-404, kita wujudkan kerja iklas, nyata dan dinamis” merupakan tema yang sangat menarik untuk kita bahas lebih lanjut karena didalam tema tersebut terkandung spirit untuk menggali potensi diri potensi wilayah Kendal pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tercermin dari berbagai agenda kegiatan ziarah diatas merupakan wujud nyata usaha untuk mengenal dan menghormati para leluhur yang telah memeberikan sumbangsih nyata baik pikiran maupun tenaga tehadap kabupaten Kendal. Degan demikian spirit kita untuk kerja iklas, nyata, dan dinamis mendapatkan gambaran, arah, dan petunjuk yang baik sesuai apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu.
Dalam pengembangan kedepan tentunya saya sebagai penulis sangat mendukung pengembangan kegiatan untuk dikembangkan lebih lanjut untuk tidak hanya di lakukan sebagai kegiatan rutinitas dalam memeperingati hari jadi Kabupaten Kendal, tetapi lebih jauh dapat dijadikan agenda wisata sejarah jang tentunya mengandung nilai-nilai kesejarahan yang sangat positif untuk kita semua ketahui bersama. Betapa tidak pembangunan akan terasa tidak mempunyai roh dan karakter tanpa kita mengetahui jatidiri sebenarnya tentang asal usul kita sendiri.
Kegiatan pariwisata sejarah akan memepermudah langkah untuk mewujudkan kesadaran sejarah secara kolektif dengan lebih mudah ketika semua pihak saling bahu membahu mewujudkannya. Aset telah ada dan terjaga tinggal bagaimana kita sebagai generasi penerus menyikapinya. Ahirnya selamat buat kabupaten Kendal dalam hari jadinya yang ke 404, semoga kedepan lebih maju dan berkarakter. Amin.
Dalam tanggap warsa tahun ini kerabat kraton Mataram wewengkon Kendal mencoba menelusuri makam atau petilasan tumenggung bau rekso dimakam jambu Bukit Tanjung di desa Lebaksiu Kidul kecamatan Lebaksiu kabupaten tegal. Makam tersebut menurut Hamam Rochani (salah satu kerabat kraton) diyakini sebagai makam Tumenggung Bahurekso Bupati pertama Kendal. Makam ini seperti dilansir KR dalam kondisi seadanya.
Tema yang diangkat dalam perayaan hari jadi Kendal tahun ini seperti yang dikemukakan oleh bapak bupati “ Dengan semangat hari jadi Kabupaten Kendal ke-404, kita wujudkan kerja iklas, nyata dan dinamis” merupakan tema yang sangat menarik untuk kita bahas lebih lanjut karena didalam tema tersebut terkandung spirit untuk menggali potensi diri potensi wilayah Kendal pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tercermin dari berbagai agenda kegiatan ziarah diatas merupakan wujud nyata usaha untuk mengenal dan menghormati para leluhur yang telah memeberikan sumbangsih nyata baik pikiran maupun tenaga tehadap kabupaten Kendal. Degan demikian spirit kita untuk kerja iklas, nyata, dan dinamis mendapatkan gambaran, arah, dan petunjuk yang baik sesuai apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu.
Dalam pengembangan kedepan tentunya saya sebagai penulis sangat mendukung pengembangan kegiatan untuk dikembangkan lebih lanjut untuk tidak hanya di lakukan sebagai kegiatan rutinitas dalam memeperingati hari jadi Kabupaten Kendal, tetapi lebih jauh dapat dijadikan agenda wisata sejarah jang tentunya mengandung nilai-nilai kesejarahan yang sangat positif untuk kita semua ketahui bersama. Betapa tidak pembangunan akan terasa tidak mempunyai roh dan karakter tanpa kita mengetahui jatidiri sebenarnya tentang asal usul kita sendiri.
Kegiatan pariwisata sejarah akan memepermudah langkah untuk mewujudkan kesadaran sejarah secara kolektif dengan lebih mudah ketika semua pihak saling bahu membahu mewujudkannya. Aset telah ada dan terjaga tinggal bagaimana kita sebagai generasi penerus menyikapinya. Ahirnya selamat buat kabupaten Kendal dalam hari jadinya yang ke 404, semoga kedepan lebih maju dan berkarakter. Amin.
KIRAB BUDAYA KAMPUNG JOLOSUTRO
Kirab budaya di kampung Jolosutro yang dilakukan senin 27 Juli 2009 seperti yang dilansir KR selasa 28 Juli 2009 merupakan kegiatan dalam rangka mengenang Sunan Geseng yang dipercaya oleh masyarakat kampung Jolosutro Srimulyo Piyungan sebagai seorang penyebar Agama Islam di kampung tersebut.
Acara yang dimulai dari lapangan Jolosutro ini tiadalain ialah menuju makam Sunan Geseng yang berjarak kurang lebih 2 kilometer. Menurut penjalasan tokoh masyarakat setempat Watiti 51 seperti yang dilansir KR kegiatan ini bertujuan untuk menyambung sejarah pepunden Sunan geseng, serta mempertahankan budaya agar tidak punah.
Melihat kenyataan ini sungguh usaha yang sangat mulia dan patut kita dukung bersama-sama. Betapa tidak masyarakat kampung Jolosutro telah menyadari arti pentingnya sebuah sejarah dan kelestarian budaya local mereka ditengah gempuran arus globalisasi yang semakin menggila dewasa ini. Tentunya hal ini menjadi kekuatan tersendiri bagi masyarakat untuk menangkal segala pengaruh negatif dari masuknya budaya asing.
Sungguh kegiatan budaya ini patut mendapat apresiasi dari berbagai pihak, yang dalam hemat penulis dapat dikembangkan kedalam pengembangan pariwisata sejarah dan budaya di Gunungkidul. Selain menjadi nilai tambah bagi masyarakat setempat kegiatan ini akan semakin menarik minat generasi muda untuk turut serta mempertahankan, dan sekaligus mengembangkan budaya yang mereka miliki.
Semoga dengan adanya tulisan ini pihak-pihak yang merasa peduli dengan kelestaraian nilai-nilai budaya dan sejarah tergerak hatinya dan mulai melakukan langkah kongkrit dalam mempertahankan dan memajukan nilai-nilai budaya yang kita miliki dan kita banggakan bersama-sama. Amin.
Acara yang dimulai dari lapangan Jolosutro ini tiadalain ialah menuju makam Sunan Geseng yang berjarak kurang lebih 2 kilometer. Menurut penjalasan tokoh masyarakat setempat Watiti 51 seperti yang dilansir KR kegiatan ini bertujuan untuk menyambung sejarah pepunden Sunan geseng, serta mempertahankan budaya agar tidak punah.
Melihat kenyataan ini sungguh usaha yang sangat mulia dan patut kita dukung bersama-sama. Betapa tidak masyarakat kampung Jolosutro telah menyadari arti pentingnya sebuah sejarah dan kelestarian budaya local mereka ditengah gempuran arus globalisasi yang semakin menggila dewasa ini. Tentunya hal ini menjadi kekuatan tersendiri bagi masyarakat untuk menangkal segala pengaruh negatif dari masuknya budaya asing.
Sungguh kegiatan budaya ini patut mendapat apresiasi dari berbagai pihak, yang dalam hemat penulis dapat dikembangkan kedalam pengembangan pariwisata sejarah dan budaya di Gunungkidul. Selain menjadi nilai tambah bagi masyarakat setempat kegiatan ini akan semakin menarik minat generasi muda untuk turut serta mempertahankan, dan sekaligus mengembangkan budaya yang mereka miliki.
Semoga dengan adanya tulisan ini pihak-pihak yang merasa peduli dengan kelestaraian nilai-nilai budaya dan sejarah tergerak hatinya dan mulai melakukan langkah kongkrit dalam mempertahankan dan memajukan nilai-nilai budaya yang kita miliki dan kita banggakan bersama-sama. Amin.
SALAH SIAPA?
Kiranya judul diatas akan sangat menyakitkan jika kita telaah lebih jauh. Betapa tidak tanpa visi dan prioritas yang jelas, akan dikemanakan arah dan masadepan generasi penerus kita sekarang ini? Tentunya tanpa itu semua nilai-nilai dan keagungan akal dan budi hasil olah cipta, rasa dan karsa para pendahulu bangsa ini akan lenyab begitu saja ditelan zaman.
Dengan menyunting hasil pemikiran dari Friedrick Hegel tentang konsep realitas yang berdialektika (tesis, antitesis, dan sintesis) tentunya kita sebagai bangsa yang berdaulat dan sangat menjunjung tinggi akan nilai-nilai budaya bangsa tidak akan merasa terkaget-kaget bahkan merasa terseok-seok ditengah pergumulan antar bangsa yang telah mengglobal. Dimana dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekana semakin membuat batas dan penghalang antarnegara untuk berkomunikasi dan saling menukar informasi tidak ada lagi. Tidak hanya pengaruh yang bersifat positi saja yang masuk tetapi pengaruh negatifpun seakan tidak terbendunglagi.
Generasi muda kita dengan berbagai kemudahan akan teknologi semamkin mudah mengakses segala informasi yang mereka perlukan. Seperti yang dipercaya oleh banyak pihak bahwa kehadiran teknologi dengan segala fasilitas kemudahannya bagaikan pedang yang mempunyai dua sisi yang sama-sama tajam. Satu sisi akam memberikan pengaruh positif dan disisilan akan memberikan pengaruh negatif.
Mari kita bersama-sama mengkoreksi jika kita prosentase manakah yang lebih besar antara prosentase pengaruh positif dan pengaruh negatif? Tentunya jika kita mau jujur dengan kenyatan yang ada memang seakan-akan pegaruh negatiflah yang mendominasi dalam perkembangan saat ini. Jika memang kenyataannya demikian, salah siapa gerangan jika bangsa kita mempunyai generasi yang tanpa visi dan prioritas? Kiranya tidak sepatutnya kita menyalahkan salahsatu pihak (mengkambinghitamkan), mari kita bersama-sama saling mengkoreksidiri. Sudah tepatkah apa yang selama ini kita lakukan? Apa dampak dari tindakan yang kita lakukan? Dengan demikian jika dari masing-masing kita merevleksi diri kita harapkan akan memunculkan kesadaran bersama-sama akan pentingnya nilai-nilai yang telah lebih dahulu ada, mempertahankan dan mengembangkannya. Sehingga bangsa kita akan tumbuh kembang semakin kuat ditengah kancah globalisasi. Amin.
Dengan menyunting hasil pemikiran dari Friedrick Hegel tentang konsep realitas yang berdialektika (tesis, antitesis, dan sintesis) tentunya kita sebagai bangsa yang berdaulat dan sangat menjunjung tinggi akan nilai-nilai budaya bangsa tidak akan merasa terkaget-kaget bahkan merasa terseok-seok ditengah pergumulan antar bangsa yang telah mengglobal. Dimana dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekana semakin membuat batas dan penghalang antarnegara untuk berkomunikasi dan saling menukar informasi tidak ada lagi. Tidak hanya pengaruh yang bersifat positi saja yang masuk tetapi pengaruh negatifpun seakan tidak terbendunglagi.
Generasi muda kita dengan berbagai kemudahan akan teknologi semamkin mudah mengakses segala informasi yang mereka perlukan. Seperti yang dipercaya oleh banyak pihak bahwa kehadiran teknologi dengan segala fasilitas kemudahannya bagaikan pedang yang mempunyai dua sisi yang sama-sama tajam. Satu sisi akam memberikan pengaruh positif dan disisilan akan memberikan pengaruh negatif.
Mari kita bersama-sama mengkoreksi jika kita prosentase manakah yang lebih besar antara prosentase pengaruh positif dan pengaruh negatif? Tentunya jika kita mau jujur dengan kenyatan yang ada memang seakan-akan pegaruh negatiflah yang mendominasi dalam perkembangan saat ini. Jika memang kenyataannya demikian, salah siapa gerangan jika bangsa kita mempunyai generasi yang tanpa visi dan prioritas? Kiranya tidak sepatutnya kita menyalahkan salahsatu pihak (mengkambinghitamkan), mari kita bersama-sama saling mengkoreksidiri. Sudah tepatkah apa yang selama ini kita lakukan? Apa dampak dari tindakan yang kita lakukan? Dengan demikian jika dari masing-masing kita merevleksi diri kita harapkan akan memunculkan kesadaran bersama-sama akan pentingnya nilai-nilai yang telah lebih dahulu ada, mempertahankan dan mengembangkannya. Sehingga bangsa kita akan tumbuh kembang semakin kuat ditengah kancah globalisasi. Amin.
Minggu, 26 Juli 2009
EMPAT TINGKATAN GOLONGAN MASYARAKAT DALAM AGAMA BRAHMA
Agama Brahma dinusantara berkembang dengan pesatnya melalui jalur-jalur perdagangan dan berkembangsubur melalui Bandar-bandar perdagangan. Rempah-rempah, beras, emas, intan, kapur barus dll pada abad ke-7 dan 8 merupakan magnet paling kuat yang menarik para saudagar dari negeri timur jauh seperti India untuk melakukan perdagangan dengan para pedagang di Nusantara. Sebutlah Bandar-bandar besar seperti kota Malaka, Sumatra, Jawa, kalimantan, dan Sulawesi. Saat itu muncul Bandar-bandar dagang besar seperti Sriwijaya, Tulang Bawang, Melayu, Demak, dll.
Selain melakukan perdagangan para saudagar tersebut juga melakukan misi penyebaran agama baik melaui dakwah maupun dengan melalui perkawinan. Mereka melakukannya dengan jalan damai dengan melakukan dakwah kepada para pemimpin kerajaan seperti raja maka parasaudagartersebut dengan mudah memperoleh pengikut (masyarakat masa itu masih patuh dan taat pada raja).
Tumbuh kembangnya agama Brahma di nusantara memunculkan strata baru dalam masyarakat yang awalnya belum dikenal seperti tingkatan Brahma, Ksatria, Weda, dan Sudra. Namun strata atau yang lebih kita kenal sebagai klas social ini tidak sama persis dengan yang ada di negeri asalnya (India). Strata tersebut telah mengalami akulturasi dengan budaya nusantara. Sehingga pemahaman tingkatan tersebut tidak seketat di negeri asalnya.
Brammana (golongan agamawan) ada dua macam golongan pertapa yang tinggal diluar istana dan yang tinggal di istana sebut saja empu sendok yang hidup pada masa Mataram kuno. Ia sangat berpengaruh di lingkungan kerajaan dan berhasil memindahkan ibukota Mataram Kono ke Kediri tahun 928 Masehi. Ksatria (golongan prajurit) nampak menonjol saat masa jayanya kerajaan Majapahit pada masa Hayam Wuruk dengan patihnya Gadjah Mada tahun 1365 Masehi. Empu Prapanca yang hidup pada masa ini juga sangat berpengaruh. Golongan selanjutnya ialah golongan Weda (Pedagang) dimana golongan ini banyak hidup di daerah2 bandar-bandar perdagangan. Dan golongan terahir Sudra kiranya harus kita bahas lebih mendalam dimana Sudra di Nusantara ini tidak dipahami sebagai golongan Budak namun dipahami sebagai golongan rakyat bias. Bangsa kita tidak mengenal golongan budak.
Walau empat tingkatan itu membatasi secara jelas golongan masyarakat namun tidak sampai mengganggu keharmonisan hubungan dalam bermasyarakat. Bangsa kita hidup bergandengan bahu-membahu dan dalam suasana yang penuh dengan kedamaian. Jadi tidak benar jika ada anggapan bahwa bangsa kita hidup dan suka berperang bahkan barbar. Jelas itu anggapan yang sangat keliru. Justru kehadiran bangsa baratlah sebut portugis, belanda, Ingris, lah yang menanamkan benih2 permusuhan yang saat itu mempunyai kepentingan 3 G (God, Glory, dan gospel) dengan semena-mena dan menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
Selain melakukan perdagangan para saudagar tersebut juga melakukan misi penyebaran agama baik melaui dakwah maupun dengan melalui perkawinan. Mereka melakukannya dengan jalan damai dengan melakukan dakwah kepada para pemimpin kerajaan seperti raja maka parasaudagartersebut dengan mudah memperoleh pengikut (masyarakat masa itu masih patuh dan taat pada raja).
Tumbuh kembangnya agama Brahma di nusantara memunculkan strata baru dalam masyarakat yang awalnya belum dikenal seperti tingkatan Brahma, Ksatria, Weda, dan Sudra. Namun strata atau yang lebih kita kenal sebagai klas social ini tidak sama persis dengan yang ada di negeri asalnya (India). Strata tersebut telah mengalami akulturasi dengan budaya nusantara. Sehingga pemahaman tingkatan tersebut tidak seketat di negeri asalnya.
Brammana (golongan agamawan) ada dua macam golongan pertapa yang tinggal diluar istana dan yang tinggal di istana sebut saja empu sendok yang hidup pada masa Mataram kuno. Ia sangat berpengaruh di lingkungan kerajaan dan berhasil memindahkan ibukota Mataram Kono ke Kediri tahun 928 Masehi. Ksatria (golongan prajurit) nampak menonjol saat masa jayanya kerajaan Majapahit pada masa Hayam Wuruk dengan patihnya Gadjah Mada tahun 1365 Masehi. Empu Prapanca yang hidup pada masa ini juga sangat berpengaruh. Golongan selanjutnya ialah golongan Weda (Pedagang) dimana golongan ini banyak hidup di daerah2 bandar-bandar perdagangan. Dan golongan terahir Sudra kiranya harus kita bahas lebih mendalam dimana Sudra di Nusantara ini tidak dipahami sebagai golongan Budak namun dipahami sebagai golongan rakyat bias. Bangsa kita tidak mengenal golongan budak.
Walau empat tingkatan itu membatasi secara jelas golongan masyarakat namun tidak sampai mengganggu keharmonisan hubungan dalam bermasyarakat. Bangsa kita hidup bergandengan bahu-membahu dan dalam suasana yang penuh dengan kedamaian. Jadi tidak benar jika ada anggapan bahwa bangsa kita hidup dan suka berperang bahkan barbar. Jelas itu anggapan yang sangat keliru. Justru kehadiran bangsa baratlah sebut portugis, belanda, Ingris, lah yang menanamkan benih2 permusuhan yang saat itu mempunyai kepentingan 3 G (God, Glory, dan gospel) dengan semena-mena dan menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
CANDI PRAMBANAN (CP) EKSOTIK, PENUH DENGAN MISTERI (EPDM)
Candi bergaya Hindu satu ini memang sangat pantas menyandang predikat candi bergaya hindu yang paling istimewa dan paling eksotik yang ada di bumi nusantara ini. Betapa tidak dari mulai masuk kawasan candi ini kita seakan di sihir oleh situasi yang mana kita seakan dibawa masuk ke alam abad ke 8 dan 9 Masehi dimana saai itu berdasarkan catatan sejarah merupakan saat dimana agama Hidu dan Buda berkembang pesat di tanah Jawa dengan kerajaan Mataram Kuno sebagai pusat perkembangan.
Sesaat kita masuk komplek Candi Prambanan saat kita menelusuri lorong-lorong jalan yang mengantarkan kita menelusuri peninggalan masa jaya kerajaan Mataram, kita akan melihat komplek candi prambanan yang bergaya hindu, candi sewu yang ber corak Buda, Candi Lumbung bercorak Buda, candi Bubrah. Sungguh pemandangan yang sangat eksotik dimana masyarakat pada masa ini telah mengenal saling menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan yang lainnya. Cermin keluhuran budi dari para pendahulu negeri ini betapa tidak candi pada masa itu adalah tempat suci bagi umat hindu dan buda. Ada yang sebagai tempat persembahyangan dean bahkan ada juga sebagai tempat menguburkan abu jenazah raja yang telah mangkat.
Setelah kita masuk di kompleks candi Prambanan kita akan melihat tiga buah candi utama Wisnu, Siwa, dan Brahma dan 3 buah candi pewara. dan puluhan candi kecil yang belum dapat direkonstruksi sampai sekarang. Candi prambanan terbagi dalam tiga ruangan. Pertama ialah latar, Candi pendamping, dan yang terahir ialah candi induk atau candi utama. Sekarang kitahanya bias melihat candi induknya saja karena latar sudah tidak dapat kita kenali lagi dan keberadaan candi kecilpun sampai sekarang belum dapat direkonstruksi. Walau keberadaan candi sudah tidak seperti sediakala candi Prambanan masih tetap menawan dan takakan lekang dimakan zaman.
Candi terbesar adalah Candi Wisnu. Candi ini memiliki empat pintu, empat bilik dan setiap bilik terdapat patung yang masing-masing menggambarkan keistimewaan dari sang Wisnu. Ada patung ganesa (Ilmu pengetahuan) ada Siwa, ada Durga dan ada sang pendeta. Patung-patung dewa tersebut selain memiliki makna filosofis juga memiliki makna histories. Betapa tidak candi ini dan dua candi induk lainnya merupakan symbol dimana agama hindu yang verkembang saat itu ialah agama Brahma dimana dalam ajaran Brahma dikenal 3 dewa utama yaitu Brahma(Dewa yang menjelmakan semesta alam), Dewa Wisnu (Dewa yang memiliki sifat menjaga), dan dewa Siwa (Dewa yang memiliki sifat merusak).
Disetiap lorong-lorong candi baik Siwa, Brahma, dan Wisnu terdapat relief yang menceritakan kisah Rama Sinta. Relief yang dimulai dari candi Siwa ini menceritakan keadaan negara Astinapura, yang dalam perjalanannya digoda oleh para raksasa pimpinan dari Rahwana. Kisah Rama Sinta ini berahir di candi Brahma dimana Rama beserta pasukan kera pimpinan Hanoman berhasil mengalahkan Rahwana di kerajaannya Alengka. Dan berhasil membawa pulang Sinta ke Astinapura. Sedangkan di Candi Wisnu juga terdapat relief yang menceritakan kisah perjalanan sepiritual sang wisnu.
Tidak hanya berhenti disana keeksotikan Prambanan dari pembangunan candi nampak luar adalah mencerminkan keluhuran budi dari masyarakat nusantara kita dari atas sampai bawah bangunan mencerminkan perpaduan gaya bangunan candi Buda dan Hindu. Disana nampak beberapa patung burung kinara dan kenari yang divisualisasikan bersama pohon beringin dimana melambangkan keseimbangan alam. Pelajaran yang begitu berharga yang hendak disampaikan para pendahulu kita.
Sekaranglah saatnya untuk kita generasi muda menghayati nilai-nilai adiluhung yang telah di ajarkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana ajaran nilai-nilai yang ada di Prambanan keeksotikan dan misteri yang ada harus kita tempatkan tepat pada tempatnya sehingga usaha kita untuk membina kehidupan yang lebih bermakna untuk mengarungi perubahan dan tantangan zaman yang semakin kompleks dan beraneka semakin menuai hasil yang positif. Amin.
Yogyakarta, 26 Juli 2009
Sesaat kita masuk komplek Candi Prambanan saat kita menelusuri lorong-lorong jalan yang mengantarkan kita menelusuri peninggalan masa jaya kerajaan Mataram, kita akan melihat komplek candi prambanan yang bergaya hindu, candi sewu yang ber corak Buda, Candi Lumbung bercorak Buda, candi Bubrah. Sungguh pemandangan yang sangat eksotik dimana masyarakat pada masa ini telah mengenal saling menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan yang lainnya. Cermin keluhuran budi dari para pendahulu negeri ini betapa tidak candi pada masa itu adalah tempat suci bagi umat hindu dan buda. Ada yang sebagai tempat persembahyangan dean bahkan ada juga sebagai tempat menguburkan abu jenazah raja yang telah mangkat.
Setelah kita masuk di kompleks candi Prambanan kita akan melihat tiga buah candi utama Wisnu, Siwa, dan Brahma dan 3 buah candi pewara. dan puluhan candi kecil yang belum dapat direkonstruksi sampai sekarang. Candi prambanan terbagi dalam tiga ruangan. Pertama ialah latar, Candi pendamping, dan yang terahir ialah candi induk atau candi utama. Sekarang kitahanya bias melihat candi induknya saja karena latar sudah tidak dapat kita kenali lagi dan keberadaan candi kecilpun sampai sekarang belum dapat direkonstruksi. Walau keberadaan candi sudah tidak seperti sediakala candi Prambanan masih tetap menawan dan takakan lekang dimakan zaman.
Candi terbesar adalah Candi Wisnu. Candi ini memiliki empat pintu, empat bilik dan setiap bilik terdapat patung yang masing-masing menggambarkan keistimewaan dari sang Wisnu. Ada patung ganesa (Ilmu pengetahuan) ada Siwa, ada Durga dan ada sang pendeta. Patung-patung dewa tersebut selain memiliki makna filosofis juga memiliki makna histories. Betapa tidak candi ini dan dua candi induk lainnya merupakan symbol dimana agama hindu yang verkembang saat itu ialah agama Brahma dimana dalam ajaran Brahma dikenal 3 dewa utama yaitu Brahma(Dewa yang menjelmakan semesta alam), Dewa Wisnu (Dewa yang memiliki sifat menjaga), dan dewa Siwa (Dewa yang memiliki sifat merusak).
Disetiap lorong-lorong candi baik Siwa, Brahma, dan Wisnu terdapat relief yang menceritakan kisah Rama Sinta. Relief yang dimulai dari candi Siwa ini menceritakan keadaan negara Astinapura, yang dalam perjalanannya digoda oleh para raksasa pimpinan dari Rahwana. Kisah Rama Sinta ini berahir di candi Brahma dimana Rama beserta pasukan kera pimpinan Hanoman berhasil mengalahkan Rahwana di kerajaannya Alengka. Dan berhasil membawa pulang Sinta ke Astinapura. Sedangkan di Candi Wisnu juga terdapat relief yang menceritakan kisah perjalanan sepiritual sang wisnu.
Tidak hanya berhenti disana keeksotikan Prambanan dari pembangunan candi nampak luar adalah mencerminkan keluhuran budi dari masyarakat nusantara kita dari atas sampai bawah bangunan mencerminkan perpaduan gaya bangunan candi Buda dan Hindu. Disana nampak beberapa patung burung kinara dan kenari yang divisualisasikan bersama pohon beringin dimana melambangkan keseimbangan alam. Pelajaran yang begitu berharga yang hendak disampaikan para pendahulu kita.
Sekaranglah saatnya untuk kita generasi muda menghayati nilai-nilai adiluhung yang telah di ajarkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana ajaran nilai-nilai yang ada di Prambanan keeksotikan dan misteri yang ada harus kita tempatkan tepat pada tempatnya sehingga usaha kita untuk membina kehidupan yang lebih bermakna untuk mengarungi perubahan dan tantangan zaman yang semakin kompleks dan beraneka semakin menuai hasil yang positif. Amin.
Yogyakarta, 26 Juli 2009
Minggu, 19 Juli 2009
JABATAN MENTRI
Mentri Koordinator Bidang Politik Hukum, dan Keamanan
(MENKO POLHUKAM)
No Nama Jabatan Masa bakti
1. Maraden Panggabean, Jend. Menko Polkam 1973-1978
2. Surono, Jend. Menko Polkam 1978-1982
3. Sudomo, Marsekal Menko Polkam 1982-1987
4. Susilo Sudarman, Jend. Menko Polkam 1987-1998
5. Feisal Tanjung, Jend. Menko Polkam 1998-2000
6. Wiranto, Jend. Menko Polkam 2000-2001
7. Susilo B. Yudhoyono, Jend. Menko Polkam 2001-2004
8. Widodo Aji Sucipto Menko Polkam 2004-Sekarangs
Sumber: (Almanak Negara Indonesia, Buku Pintar Master, Editor H.M. Iwan Gayo, Pustaka Warga Negara; Jakarta 2005. hlm. 79)
(MENKO POLHUKAM)
No Nama Jabatan Masa bakti
1. Maraden Panggabean, Jend. Menko Polkam 1973-1978
2. Surono, Jend. Menko Polkam 1978-1982
3. Sudomo, Marsekal Menko Polkam 1982-1987
4. Susilo Sudarman, Jend. Menko Polkam 1987-1998
5. Feisal Tanjung, Jend. Menko Polkam 1998-2000
6. Wiranto, Jend. Menko Polkam 2000-2001
7. Susilo B. Yudhoyono, Jend. Menko Polkam 2001-2004
8. Widodo Aji Sucipto Menko Polkam 2004-Sekarangs
Sumber: (Almanak Negara Indonesia, Buku Pintar Master, Editor H.M. Iwan Gayo, Pustaka Warga Negara; Jakarta 2005. hlm. 79)
MENTRI-MENTRI PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
1. Ki Hadjar Dewantara Lahir di Jogjakarta 2 Mei 1889-26 April 1959
a. Mentri pengajaran, Kabinet Presidentil. Periode 19 Agustus 1945-14 November 1945
2. Dr. Mr. T.S. G. Mulia (1896-1969)
a. Mentri Pengajaran Kabinet Sjahrir I Periode 14 November 1945-12 Maret 1946
b. Mentri Muda Pengajaran , Kabinet Sjahrir II Periode 12 Maret 1946-2 Oktober 1946
3. Muhammad Sjafei (21 Januari 1896-11 November 1966)
a. Mentri Pengajaran, kabinet Syahrir II Periode 12 Maret 1946-2 Oktober 1946.
4. Wikana
a. Mentri negara Urusan Pemuda, Kabinet Sjahrir II, Periode 29 Juni-2 Oktober 1946
b. Mentri negara Urusan pemuda, kabinet Sjahrir III Periode 2 Oktober 1946-27 Juni 1947
c. Mentri Negara Urusan Pemuda, Kabinet Amir Sjarifudin I Periode 3 Juli-11 November 1947
d. Mentri Negara Urusan Pemuda, kabinet amir sarifudin II, Periode 11 November 1947-29 Januari 1948
5. Mr. Suwandi (Surakarta, Oktober 1899-6 Maret 1964)
a. Mentri Pengajaran, Kabinet Sjahris III Periode 2 Oktober 1946-27 Juni 1947
6. Ir. R. Gunarso (Ponorogo, 22 Oktober 1908)
Mentri Muda Pengajaran , Kabinet Sjahrir III Periode 2 Oktober 1946-27 Juni 1947
7. Mr. Ali Sastroamidjojo (Grabag, 21 Mei 1903-13Maret 1976
a. Mentri Pengajaran, Kabinet Amir Syarifudin I- Periode 3 Juli 1947-11 November 1947
b. Mentri Pengajaran , Kabinet Amissyarifuddin II Periode 11 November 1947-29 Januari 1948
c. Mentri PP dan K, Kabinet Hatta I- Periode 29 Januari 1948-4 Agustus 1949
a. Mentri pengajaran, Kabinet Presidentil. Periode 19 Agustus 1945-14 November 1945
2. Dr. Mr. T.S. G. Mulia (1896-1969)
a. Mentri Pengajaran Kabinet Sjahrir I Periode 14 November 1945-12 Maret 1946
b. Mentri Muda Pengajaran , Kabinet Sjahrir II Periode 12 Maret 1946-2 Oktober 1946
3. Muhammad Sjafei (21 Januari 1896-11 November 1966)
a. Mentri Pengajaran, kabinet Syahrir II Periode 12 Maret 1946-2 Oktober 1946.
4. Wikana
a. Mentri negara Urusan Pemuda, Kabinet Sjahrir II, Periode 29 Juni-2 Oktober 1946
b. Mentri negara Urusan pemuda, kabinet Sjahrir III Periode 2 Oktober 1946-27 Juni 1947
c. Mentri Negara Urusan Pemuda, Kabinet Amir Sjarifudin I Periode 3 Juli-11 November 1947
d. Mentri Negara Urusan Pemuda, kabinet amir sarifudin II, Periode 11 November 1947-29 Januari 1948
5. Mr. Suwandi (Surakarta, Oktober 1899-6 Maret 1964)
a. Mentri Pengajaran, Kabinet Sjahris III Periode 2 Oktober 1946-27 Juni 1947
6. Ir. R. Gunarso (Ponorogo, 22 Oktober 1908)
Mentri Muda Pengajaran , Kabinet Sjahrir III Periode 2 Oktober 1946-27 Juni 1947
7. Mr. Ali Sastroamidjojo (Grabag, 21 Mei 1903-13Maret 1976
a. Mentri Pengajaran, Kabinet Amir Syarifudin I- Periode 3 Juli 1947-11 November 1947
b. Mentri Pengajaran , Kabinet Amissyarifuddin II Periode 11 November 1947-29 Januari 1948
c. Mentri PP dan K, Kabinet Hatta I- Periode 29 Januari 1948-4 Agustus 1949
ANNE VAN JOGJA
Sinopsis....
Anne (Rachel Maryam), berayah Jawa beribu Belanda. Karena perkawinan ini, ayahnya diusir dari keluarga dan sang ayah membangun usaha perkebunan sendiri. Anne ditinggal ayahnya karena kecelakaan ketika masih kecil. Ketika berusia 10 Tahun, keadaan Jogja kisruh. Sekolah Anne ditutup, dan perusahaan yang dipegang oleh Ibunya yangt Belanda harus diserahkan kepada pribumi. Perkebunan tersebut diambil alih oleh Ayah Satrio (Arie Kristanto), sahabat Anne. Akibat semua ini, Ibu Anne meninggal, hingga Anne hidup hanya bersama pembantunya. Ia pindah ke Solo dan berusaha batik. Usaha ini berhasil. Ternyata Satrio diam-diam membantu dengan memebeli batik dalam jumlah besar atau mencarikan pembeli karena dia masih menyayangi Anne. Cintanya ini tak kesampaian karena ia telah dijodohkan orangtuanya dengan putrhi kraton solo. Anne ahirnya tahu semua ini, tetapi ia juga haruis memendam cintanya. Ia juga tahu bahwa hidupnya tak lama lagi karena kangker paru-paru. Ia memutuskan akan memeberi batik hasil karya tangannya untuk hadiah perkawinan Satrio. Ditengah sakitnya ia berhasil me nyelesaikan karyanya dan mengirimkannya pada Satrio lewat pembantunya.
Durasi...
90 Menit
Format...
35mm
Rasio
1:1.9.85
Tahun produksi
2005
Sutradara
Bobby Sandy
Produser Eksekutif
Harry Simon
Produser
Sri Hastanto
Penulis naskah
Maria Laurianti Stehanie, Nur Adhhani, Pahala Sigito Pradika Bestari, Yanwar
Snematografi
Jusuf Safari
Editor
Dwi Ilalang
Musik
Regina Lam
Pemain
Rachel Maryam, heru Prasetyo
Production Company
PT. Jatayu Cakrawala
Film&Video Jln. Tanah Abang V/14 Jakarta 10160 Tlp. (021) 3849490 Fax: (021) 3849482
Sumber:
Katalog Film Indonesia 2000-2006, Mentri Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, 2006 hlm. 10
Anne (Rachel Maryam), berayah Jawa beribu Belanda. Karena perkawinan ini, ayahnya diusir dari keluarga dan sang ayah membangun usaha perkebunan sendiri. Anne ditinggal ayahnya karena kecelakaan ketika masih kecil. Ketika berusia 10 Tahun, keadaan Jogja kisruh. Sekolah Anne ditutup, dan perusahaan yang dipegang oleh Ibunya yangt Belanda harus diserahkan kepada pribumi. Perkebunan tersebut diambil alih oleh Ayah Satrio (Arie Kristanto), sahabat Anne. Akibat semua ini, Ibu Anne meninggal, hingga Anne hidup hanya bersama pembantunya. Ia pindah ke Solo dan berusaha batik. Usaha ini berhasil. Ternyata Satrio diam-diam membantu dengan memebeli batik dalam jumlah besar atau mencarikan pembeli karena dia masih menyayangi Anne. Cintanya ini tak kesampaian karena ia telah dijodohkan orangtuanya dengan putrhi kraton solo. Anne ahirnya tahu semua ini, tetapi ia juga haruis memendam cintanya. Ia juga tahu bahwa hidupnya tak lama lagi karena kangker paru-paru. Ia memutuskan akan memeberi batik hasil karya tangannya untuk hadiah perkawinan Satrio. Ditengah sakitnya ia berhasil me nyelesaikan karyanya dan mengirimkannya pada Satrio lewat pembantunya.
Durasi...
90 Menit
Format...
35mm
Rasio
1:1.9.85
Tahun produksi
2005
Sutradara
Bobby Sandy
Produser Eksekutif
Harry Simon
Produser
Sri Hastanto
Penulis naskah
Maria Laurianti Stehanie, Nur Adhhani, Pahala Sigito Pradika Bestari, Yanwar
Snematografi
Jusuf Safari
Editor
Dwi Ilalang
Musik
Regina Lam
Pemain
Rachel Maryam, heru Prasetyo
Production Company
PT. Jatayu Cakrawala
Film&Video Jln. Tanah Abang V/14 Jakarta 10160 Tlp. (021) 3849490 Fax: (021) 3849482
Sumber:
Katalog Film Indonesia 2000-2006, Mentri Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, 2006 hlm. 10
100% SARI
Sinopsis......
Sari (Oky) gadis Bali yang Energik Ingin menemukan jati dirinya. Hari Harinya diisi dengan peran-peran yang berbeda-beda sebagai gadis bali yang penuh dengan upacara dan latihan tari. Sebagai gadis yang ambisius dengan berbagai les. Sebagai putri bapa (Sudjiwo Tedjo) yang harus menjaga galeri dan mendengar semua komentar negatif akan lukisan ayahhya . Sebagai penjaga warnet dan sebagai ... clubber.
Daniel (Marlon Gerber) adalah seorang D.J. yang sedang dikejar-kejar produsernya untuk memebuat album ke dua, namun yang ada di kepalanya hanya surfing. Suatu malam, sebuah insiden memaksa mereka untuk bertemu, dan hidup Sari mulai berubah...
Karena sari secara tidak sengaja menghilangkan file lagu di Komputer daniel, maka Daniel memebuat kesepakatan dengan Sari (dengan cara menyandra handphone sari) untuk menyalin ulang lagunya sementara ia bisa menggunakan waktu untuk surfing sambil berharap produsernya akan putus asa dan memebatalkan kontrak.
Sari pun mulai berbohong ke kanan-ke kiri supaya bisa menghabiskan waktu bersama daniel, dan menjalani berbagai kegiatan “Liburan” yang tidak pernah ia lakukan selama ini. Perubahan Sari meembuat kesal sahabantnya Nyoman (Tipi Jabrik). Tapi yang Sari tidak tahu, ternyata sama seperti dirinya, Nyoman si Waiter ternyata juga punya kehidupan rahasia.
Suatu hari terjadi pertemuan yang tidak disengaja saat sari menemani Daniel suntuk Surfing, dan disana mereka bertemu Nyoman yang selama ini diam-diam juga berlatih Surfing. Bertigha diatas sebuah kapal ditengah lautan Sepi, mereka bertiga terpaksa menghabiskan waktu bersama dalam situasi yang tidak nyaman. Daniel mengajak Nyoman berkompetisi surfing, tapi nyoman yang dilarang surfing oleh Kakanya, terpaksa menolak.
Bapa ahirnya mengetahui mengenai kedekatan Sari dengan ‘pria Bule” dari gosip Warga. Ia pun bertengkar dengan sari dan melarangnya untuk berkegiatan apapun selain yang berhubungan dengan adat. Sari semakin kesal dan pergi ke tempat Daniel yang sedang menjadi D.J. Dilyuar dugaan Bapa, Menyusul ke sana dan menganca m akan membom tempat itu. Bapa pun dipenjara. Daniel menemani Sari menjenguk bapa, yang hanya membuat Bapa bertambah marah.
Saat sari mulai merasa jatuh cinta dengan Daniel, Nyoman menyatakan perasaannhya ke Sari Dengan sedih terpaksa Sari Menolaknya. Masih memikirkan kata-kata nyoman pada dirinya, sari mencoba curhat ke Daniel. Tapi kemudian sari mendapat berita yang mengejutkan, dan kehidupan Sari kembali berubah, Apakah sari akan bisa menjadi sari 100%?
Keterangan......
Durasi:
94 Menit
Produksi:
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Sutradara/Skenario
Caaandra Massardi
Penata Fotografi
Jun Mahir, Faozan Rizal
Editor
Yourdan Anand
Penata Artisrtik
Eros Eflin
Camera Underwater
Arya Subiyakto
Pemain
IGA Okky (sari), Marlon Geber (Daniel), Tipi Jabrik (Nyoman), Sudjiwo Tedjo (Bapa)
Sumber:
Katalog Film Indonesia 2000-2006, Mentri Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, 2006 hlm. 05
Sari (Oky) gadis Bali yang Energik Ingin menemukan jati dirinya. Hari Harinya diisi dengan peran-peran yang berbeda-beda sebagai gadis bali yang penuh dengan upacara dan latihan tari. Sebagai gadis yang ambisius dengan berbagai les. Sebagai putri bapa (Sudjiwo Tedjo) yang harus menjaga galeri dan mendengar semua komentar negatif akan lukisan ayahhya . Sebagai penjaga warnet dan sebagai ... clubber.
Daniel (Marlon Gerber) adalah seorang D.J. yang sedang dikejar-kejar produsernya untuk memebuat album ke dua, namun yang ada di kepalanya hanya surfing. Suatu malam, sebuah insiden memaksa mereka untuk bertemu, dan hidup Sari mulai berubah...
Karena sari secara tidak sengaja menghilangkan file lagu di Komputer daniel, maka Daniel memebuat kesepakatan dengan Sari (dengan cara menyandra handphone sari) untuk menyalin ulang lagunya sementara ia bisa menggunakan waktu untuk surfing sambil berharap produsernya akan putus asa dan memebatalkan kontrak.
Sari pun mulai berbohong ke kanan-ke kiri supaya bisa menghabiskan waktu bersama daniel, dan menjalani berbagai kegiatan “Liburan” yang tidak pernah ia lakukan selama ini. Perubahan Sari meembuat kesal sahabantnya Nyoman (Tipi Jabrik). Tapi yang Sari tidak tahu, ternyata sama seperti dirinya, Nyoman si Waiter ternyata juga punya kehidupan rahasia.
Suatu hari terjadi pertemuan yang tidak disengaja saat sari menemani Daniel suntuk Surfing, dan disana mereka bertemu Nyoman yang selama ini diam-diam juga berlatih Surfing. Bertigha diatas sebuah kapal ditengah lautan Sepi, mereka bertiga terpaksa menghabiskan waktu bersama dalam situasi yang tidak nyaman. Daniel mengajak Nyoman berkompetisi surfing, tapi nyoman yang dilarang surfing oleh Kakanya, terpaksa menolak.
Bapa ahirnya mengetahui mengenai kedekatan Sari dengan ‘pria Bule” dari gosip Warga. Ia pun bertengkar dengan sari dan melarangnya untuk berkegiatan apapun selain yang berhubungan dengan adat. Sari semakin kesal dan pergi ke tempat Daniel yang sedang menjadi D.J. Dilyuar dugaan Bapa, Menyusul ke sana dan menganca m akan membom tempat itu. Bapa pun dipenjara. Daniel menemani Sari menjenguk bapa, yang hanya membuat Bapa bertambah marah.
Saat sari mulai merasa jatuh cinta dengan Daniel, Nyoman menyatakan perasaannhya ke Sari Dengan sedih terpaksa Sari Menolaknya. Masih memikirkan kata-kata nyoman pada dirinya, sari mencoba curhat ke Daniel. Tapi kemudian sari mendapat berita yang mengejutkan, dan kehidupan Sari kembali berubah, Apakah sari akan bisa menjadi sari 100%?
Keterangan......
Durasi:
94 Menit
Produksi:
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Sutradara/Skenario
Caaandra Massardi
Penata Fotografi
Jun Mahir, Faozan Rizal
Editor
Yourdan Anand
Penata Artisrtik
Eros Eflin
Camera Underwater
Arya Subiyakto
Pemain
IGA Okky (sari), Marlon Geber (Daniel), Tipi Jabrik (Nyoman), Sudjiwo Tedjo (Bapa)
Sumber:
Katalog Film Indonesia 2000-2006, Mentri Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, 2006 hlm. 05
ANTARA SEJARAH DAN MASA LAMPAU
ANTARA SEJARAH DAN MASA LAMPAU
Sejarah dan masa lampau adalam dua hal (dwitunggal) yang tidak dapat kita lepaskan dan tidak dapat kita pahami satu persatu secara terpisah. Sejarah adalah bagian dari masalampau begitu juga masalampau adalah unsure penting dari sejarah. Hal ini pelu saya kemukakan karena dalam pemahaman sejarah kita sebagai seorang awam terkadang memukul rata (gebyahuyah) terhadap pemahaman sejarah. Tidak sedikit orang menganggap bahwa sejarah adalah masa lampau begitu juga setiap peristiwa masa lampau kita sebut dengan sejarah. Dalam persoalan ini ada hal mendasar yang perlu saya kemukakan agar pemahaman kita terhadap sejarah sesuai dan benar tidak salah kaprah, diantaranya ialah pemahaman sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah. Dalam buku Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi terbitan LP3ES dijabarkan dengan lugas hal apa saja yang membatasi diantara pemahaman keduanya. Berbeda dengan disiplin ilmu yang lain sejarah memang sangat unik sesuai dengan sifatnya-sifnya enmaling dan hanya sekali terjadi dengan demikian tidak mungkin terluang kembali dalam waktu yang sama dan peristiwa yang sama. Sesuai dengan sifat dari sejarah itu sendiri maka kita harus hati-hati mengkatagorikan mana sejarah yang termasuk kedalam sebuah kisah dan sebuah peristiwa. Hal ini sangat penting guna mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan pendapat kita yang keluar.
Sejarah sebagai sebuah peristiwa ialah semua hal yang terjadi hanya satu kali dan tidak mungkin terjadi lagi baik sama persis waktu, peristiwa, motif, dan kejadian yang melatar belakangi. Peristiwa yang demikian bisa kita sebut sebagai peristiwa sejarah dengan asumsi peristiwa tesebut tidak dapat kita ulangi lagi. Sedangkan sejarah sebagai sebuah kisah ialah sejarah yang telah melalui tahap penulisan oleh seorang sejarawan. Sejarah tiadalain ialah hasil karya dari seorang sejarawan yang telah melakukan interprestasi terhadap suatu data-data baik data primer maupun sekunder .dengan menggunakan metode ilmiah khusus yang menghasilkan tulisan sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
Dengan demikian seharusnya kita memposisikan sejarah sebagai salah satu usaha kita untuk memahami masa lapau untuk kita gunakan di masa sekarang dan untuk menyusun masa depan yang lebih baik. Karena dengan memahami sejarah secara tepat maka kita dapat memberikan yang terbaik untuk hidup kita baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sejarah dan masa lampau adalah satu kesatuan sejarah tidak mungkin ada tanpa masa lampau begitupun tanpa ada sejarah kita tidak dapat memahami masa lampau. Sejarah sebagai kisah dan peristiwa sudah jelas perbedaannya, dimana sejarah yang kita pelajari di linggkungan akademis baik sekolah dasar samapai perguruan tinggi ialah sejarah sebagai sebuah kisah yang dapat kita pertanggungjawabkan.
Dengan demikian tidak ada alasan untuk menganggap sejarah sebagai disiplin ilmu yang menjenuhkan dan tidak penting. Sejarah akan selalu dibutuhkan oleh generasi mana saja, kapan saja, dan dimana saja untuk membantu mengerti jati diri yang sebenarnya dan untuk menuntun langkah yang tepat untuk menentukan masa depan yang lebih baik.
Sejarah dan masa lampau adalam dua hal (dwitunggal) yang tidak dapat kita lepaskan dan tidak dapat kita pahami satu persatu secara terpisah. Sejarah adalah bagian dari masalampau begitu juga masalampau adalah unsure penting dari sejarah. Hal ini pelu saya kemukakan karena dalam pemahaman sejarah kita sebagai seorang awam terkadang memukul rata (gebyahuyah) terhadap pemahaman sejarah. Tidak sedikit orang menganggap bahwa sejarah adalah masa lampau begitu juga setiap peristiwa masa lampau kita sebut dengan sejarah. Dalam persoalan ini ada hal mendasar yang perlu saya kemukakan agar pemahaman kita terhadap sejarah sesuai dan benar tidak salah kaprah, diantaranya ialah pemahaman sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah. Dalam buku Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi terbitan LP3ES dijabarkan dengan lugas hal apa saja yang membatasi diantara pemahaman keduanya. Berbeda dengan disiplin ilmu yang lain sejarah memang sangat unik sesuai dengan sifatnya-sifnya enmaling dan hanya sekali terjadi dengan demikian tidak mungkin terluang kembali dalam waktu yang sama dan peristiwa yang sama. Sesuai dengan sifat dari sejarah itu sendiri maka kita harus hati-hati mengkatagorikan mana sejarah yang termasuk kedalam sebuah kisah dan sebuah peristiwa. Hal ini sangat penting guna mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan pendapat kita yang keluar.
Sejarah sebagai sebuah peristiwa ialah semua hal yang terjadi hanya satu kali dan tidak mungkin terjadi lagi baik sama persis waktu, peristiwa, motif, dan kejadian yang melatar belakangi. Peristiwa yang demikian bisa kita sebut sebagai peristiwa sejarah dengan asumsi peristiwa tesebut tidak dapat kita ulangi lagi. Sedangkan sejarah sebagai sebuah kisah ialah sejarah yang telah melalui tahap penulisan oleh seorang sejarawan. Sejarah tiadalain ialah hasil karya dari seorang sejarawan yang telah melakukan interprestasi terhadap suatu data-data baik data primer maupun sekunder .dengan menggunakan metode ilmiah khusus yang menghasilkan tulisan sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.
Dengan demikian seharusnya kita memposisikan sejarah sebagai salah satu usaha kita untuk memahami masa lapau untuk kita gunakan di masa sekarang dan untuk menyusun masa depan yang lebih baik. Karena dengan memahami sejarah secara tepat maka kita dapat memberikan yang terbaik untuk hidup kita baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sejarah dan masa lampau adalah satu kesatuan sejarah tidak mungkin ada tanpa masa lampau begitupun tanpa ada sejarah kita tidak dapat memahami masa lampau. Sejarah sebagai kisah dan peristiwa sudah jelas perbedaannya, dimana sejarah yang kita pelajari di linggkungan akademis baik sekolah dasar samapai perguruan tinggi ialah sejarah sebagai sebuah kisah yang dapat kita pertanggungjawabkan.
Dengan demikian tidak ada alasan untuk menganggap sejarah sebagai disiplin ilmu yang menjenuhkan dan tidak penting. Sejarah akan selalu dibutuhkan oleh generasi mana saja, kapan saja, dan dimana saja untuk membantu mengerti jati diri yang sebenarnya dan untuk menuntun langkah yang tepat untuk menentukan masa depan yang lebih baik.
Langganan:
Postingan (Atom)