Pengembangan kebudayaan DIY menghadapi tantangan dengan derasnya arus globalisasi teknologi dan informasi. Tantangan tersebut dirasakan semakin sulit dengan posititioning budaya yang belum dilihat sebagai hal yang penting, serta tidak didukung oleh kebijakan structural.
Kebudayaan telah di rugikan oleh berbagai proses social politik dan biaya cultural masuknya teknologi. Oleh karena itu diperlukan sikap tegas dalam upaya pelestaraian dan pengembangan budaya, agar seni tradisi tidak stagnan, dan mati karena arus perubahan zaman.
Untuk mencermati hal ini diperlukan kecerdasan untuk dapat mengintegrasikan kebudayaan local guna meningkatkan kebudayaan nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menciptakan masterpiece bahkan sampai adaptasi kontemporer (Sektiadi, Dewan kebudayaan kota Yogyakarta). Hal ini penting Karena dalam mengembangkan budaya haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan system produksi kontemporer, sehingga ,memperluas jangkauan informasi sehingga akan lebih mempermudah tukar informasi, dengan demikian diharapkan akan semakain terjalin kolaborasi dengan kebudayaan daerah lain di Indonesia sehingga akan memunculkan karya-karya baru yang berdimensi nasional bercitarasa loka.
Tentunya untuk mewujudkan hal ini harus diimbangi dengan usaha konkrit semua pihak karena dalam pengembangan budaya local yang berdimensi nasional perlu diimbangi dengan landasan edukasi dan nilai ketradisionalan yang berbasis pada masyarakat local. Sehingga seperti diungkapakan Amiluhur perlu system pedagogic dan menagemen dengan pendekatan plural, hetero budaya local yang benar sebagai pendukung entitas nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar