Berbagai krisis yang berkaitan dengan psikologi masyarakat, sudah memuncak dan dikawatirkan akan menjadi petaka dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika hal ini dibiarkan terus menerus bukan tidak mungkin kekawatiran ini akan terjadi. Bermula dari krisis Jatidiri, kemudian merembet menjadi krisis Ideologi, dan berlanjut ke krisisi Karakter dan mencapai puncak pada krisis kepercayaan.
Hal ini terlontar pada acara temu Ilmiah dan kongres Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) XI di hotel Sunan Solo. Wakil Gubernur jawatengah menyatakan bahwa kemunculan berbagai macam krisis ini tidak lain karena dipengaruhi oleh hiruk-pikuknya kejiwaan masyarakat akibat gempuran aneka sisi kehidupan baik sosial, politik, komunikasi dan juga modernitas yang sangat melelahkan jiwa. Hal ini termanivestasikan kedalam bentuk sikap dan prilaku, seperti bagaimana dia tidak paham akan dirinya sendiri. Sebagai contoh orang yang mengaku warga Jawa Tengah tetapi dalam kehidupan kesehariannya tidak mencerminkan sikap dan prilaku warga Jawatengah yang sarat akan nilai, dan etika yang harusnya dipegang teguh. Menurut belio krisis ini telah merembet menjadi krisisi Ideologi, dimana dapat kita lihat dari sikap dan prilaku sebagian masyarakat yang tidak pernah sabar dalam menghadapi persoalan, mau menang sendiri tanpa memperhatikan kepentingan yang lebih besar.
yupz,,bener...
BalasHapussebagai seorang jawa,,sampai saat ini pun saya berusaha keras agar tidak hilang jawanya (wong jowo ojo nganti ilang jawane), dan itu bukanlah hal mudah dilakukan mengingat kita hidup di tengah arus akulturasi budaya yang deras saat ini.
Admin: Benar adanya yang menjadi kehawatiran kita semua ditengah gempuran arus globalisasi yang semakin menggila. Kita memang harus punya filter agar tidak tenggelam dan terjerumus. Pemahaman akan akar budaya yang adiluhung yang diwariskan oleh nenekmoyang kita memang sudah seharusnya kita Uri-Uri, agar tidak hilang digerus kencangnya laju zaman.
BalasHapus